Sunday, October 1, 2017

Belajar Memaafkan Mantan Selingkuhan Suami

Halo, kali ini saya mau bercerita bagaimana saya menghadapi mantan selingkuhan lain suami saya. Duh, kok banyak banget, yaa selingkuhannya? Iya, saya juga baru tahu justru setelah diambang perceraian.

Saat itu, posisi saya sudah di Jakarta. Di dunia per-SPG-an rokok Jogja sedang heboh berita tentang pacar suami saya (Mba N) yang sedang hamil muda dan bangga telah mendapatkan suami saya (sebut saja E). Yup, saat itu E masih aktif jadi TL salah satu perusahaan rokok dan pacarnya sebagai SPG rokok yang berbeda perusahaan dengannya.

Singkat cerita kenapa saya bisa tahu info tentang suami saya? Karena TIDAK SENGAJA yang merupakan takdir atas izin Allah, teman saya (sebut saja Mas Oke) direkrut jadi TL dan satu tim dengan Mba N. Kok saya masih sebut dia "suami saya"? Karena saat itu di mata hukum memang kami belum resmi berpisah.

Di dalam tim rokok Mas Oke dan Mba N tersebut ada 1 anggota yang ternyata mantan selingkuhan suami saya, dia Mba K. Kuasa Allah memang datang tanpa terduga.. Ya, Mba N malah satu tim dengan mantan selingkuhan suami saya. Di sini saya mau bercerita tentang Mba K, mohon maaf jika Mba K baca tulisan saya ini dan merasa marah. Tenang, saya tidak akan menjelek-jelekkan dirimu. Saya hanya bercerita bagaimana saya akhirnya memaafkan kamu. :)

Mba K saat itu (kata Mas Oke) sangat marah ketika tahu E selingkuh lagi dan kali ini perempuannya hamil. Setiap tidak ada Mba N, Mba K selalu bercerita bahwa ia merasa iba dan kasihan dengan saya. Ia tahu bahwa saya sendirian merawat anak saya jauh dari orang tua. Ia tahu bahwa saya selalu setia menunggu suami saya pulang bekerja tapi suami saya malah berselingkuh. Ia tahu sekali tentang saya. Sangat tahu. Karena ia diceritakan langsung oleh suami saya bagaimana hidup saya "yang merana" di Jogja bersama anak saya. :)

Setiap Mas Oke bercerita kepada saya bagaimana Mba K begitu membela saya, saya hanya bisa jengkel menahan uneg-uneg. Rasanya saya ingin sekali mendatanginya dan berkata, "Wahai Mba K, kenapa baru sekarang mengasihani saya? Dulu, saat kamu asyik berduaan dengan suami saya dan semalaman mencurahkan isi hati terhadap suami saya, kamu tidak kasihan kah? Lupa kah bahwa suami saya ini beristri? Lupa kah anaknya baru 3 bulan dilahirkan?"

Ah, sudahlah... saya pun kapan bisa bertemu dengan Mba K? Rasanya mustahil. Mustahil ia mau menemui saya.

Kemudian saya bercerita kepada Mas Oke siapa itu Mba K. Mas Oke kaget. Saya bilang, saya tidak mengada-ada. Mas Oke masih kaget dan kemudian heran. Ia bilang Mba K yang paling semangat membela saya dan paling benci terhadap Mba N. Mba K lah yang selalu menasehati dan meminta suami saya untuk berhenti selingkuh. Saya katakan, ya mungkin sekarang Mba K sadar... Sadar bahwa suami saya sudah tidak tertarik lagi dengannya dan selingkuh dengan wanita lain.

Sampai akhirnya saya muak dengan kepalsuan Mba K yang selalu membela saya. Saya meminta nomor Mba K lewat Mas Oke. Sayang, Mas Oke tidak memiliki nomornya. Akhirnya saya minta pin bbm Mba K yang dimiliki Mas Oke. Mas Oke mewanti-wanti "Jangan dihubungi dulu, ya. Program rokoknya belum kelar. Nanti akhir bulan kelar baru kamu bisa chat dia. Aku mohon.. biar dia gak bad mood buat kerja." Oke, saya menuruti permintaan Mas Oke.

Saya menunggu akhir bulan dan mempersiapkan kata-kata saat nanti menghubungi Mba K. Akhirnya akhir bulan tiba. Saya coba untuk menambahkan pinnya di bbm milik saya. Tidak berapa lama, Mba K menambahkan saya sebagai temannya.

Saya memulai lebih dulu untuk menyapa.

"Hai, ini Mba K, ya? Saya Syifa."

"Ohiya Mba Syifa, ada apa?"

"Mba K kenal saya, ya? Soalnya saya baru denger tentang Mba K," ucap saya basa-basi.

"Iya, Mba, kenal. Dulu Mas E sering cerita tentang Mba Syifa."

"Ooh sering cerita, kok bisa?"

"Iya, Mba, dulu kan satu tim sama Mas E dan sering ngechat."

Oke, di sini ia berkata jujur.

"Mba K, yakin gak ada hubungan apapun sama suami saya waktu itu?"

"Gak ada, Mba. Ada apa, ya?"

"Mmm soalnya teman-teman SPG cerita tentang Mba K. Dan mereka sudah paham tentang hubungan Mba K dan suami saya."

"Ya ampun, Mba maaf kalau misalnya hubungan saya dan Mas E jadi salah sangka. Kami bener-bener cuma temen aja, sering curhat. Gak ada yang lain."

"Yakin, Mba? Kok saya dengernya beda, ya (emot senyum)"

"Mba Syifa, bener, Mba, saya cuma temen aja."

"Yaudah gapapa, Mba udah berlalu juga. Sekarang suami saya kan selingkuhnya sama yang lain. Cuma saya mau nyaranin aja.. lain kali jangan pernah deket sama suami orang, ya, Mba. Tau gak, Mba? Suami saya sering pulang larut cuma untuk nemenin Mba makan sama anter Mba pulang ke kos. Padahal saat itu saya dan anak saya nunggu di rumah. Selalu cemas, berharap dia pulang cepat tapi dia lebih milih sama Mba (emot senyum)"

Agak berjeda, lama dibalas oleh Mba K.

"Mba Syifa, aku mau peluk Mba Syifa sama Lovy. Maafin aku, ya, Mba.. aku gak tau kalau kedekatanku dengan Mas E buat Mba sakit hati. Aku bener-bener minta maaf ya, Mba. Aku bener-bener nyesel."

"Iya Mba, gapapa. Kan udah berlalu juga. Aku maafin kok. (emot senyum)"

"Makasih ya, Mba Syifa."

"Iya, Mba cuma lain kali jangan diulang lagi ya, Mba. Cukup saya aja yang ngerasain digituin sama suami sendiri." 


Kemudian chat pun berlanjut yang akhirnya Mba K membahas Mba N yang sekarang selingkuhan suami saya. Mba K juga cerita tentang kehamilan Mba N yang ia rasa benar. Ya, saya merasa saat itu ia ada di pihak saya karena merasa bersalah dan kasihan. 

Mungkin kalau saya jahat, saya masih dendam dengan Mba K. Bagi saya, dendam tidak ada untungnya malah hanya buat hati saya makin gelisah. Saya memaafkannya. :)

Dengan rasa menyesal yang ia ungkapkan kepada saya itu sudah cukup.

Perlahan-lahan ia pun mulai ingin berteman dengan saya dengan mengikuti media sosial yang saya miliki. Bagi saya itu tidak masalah. Bukan, bukan saya mencari dukungan dari dia agar membenci Mba N. Saya hanya sedang belajar menerima...

Menerima bahwa cerita tentang perselingkuhannya dengan suami saya itu sudah berakhir. Menerima bahwa kini saya sudah mulai terbiasa mengetahui satu persatu selingkuhan suami saya. Dan kemudian memaafkan mereka.

Teman-teman yang mungkin senasib dengan saya, diselingkuhi kemudian bercerai... Mulailah untuk memaafkan semua selingkuhan mantan suamimu. Allah maha baik menjaga kita dari laki-laki yang tidak baik. Bersyukurlah bahwa kita diberi cobaan menjadi salah satu orang terdzalimi. Karena sesungguhnya Allah selalu berpihak kepada orang-orang yang didzalimi.

Ketika kamu tidur nanti, sebelum memejamkan mata cobalah untuk memaafkan mereka yang membuatmu bersedih dan sakit hati. Niscaya harimu esok akan jauh lebih bahagia. ❤

Monday, March 27, 2017

Ups, Sorry Mbaknya Saya Labrak


Halo, saya ingin berbagi cerita bagaimana akhirnya saya tahu selingkuhan-selingkuhan suami saya dan cara saya menghadapi mereka. Sebelumnya saya sudah pernah bercerita secara ringkas tentang salah satu selingkuhan suami saya. Nah, sekarang saya bercerita kembali sembari membeberkan cara saya menghadapinya. Sejujurnya saya hanyalah manusia biasa yang lebih sering mengeluarkan emosi dan uneg-uneg saya secara langsung. Anehnya, saya menghadapi “mereka” jauh lebih sabar dari biasanya.
Hari itu sebenarnya bukan hari pertama saya mengetahui pacar baru suami saya. Sudah sering teman saya bernama Kak P menceritakan tentang perempuan itu, namun saya masih menunggu waktu yang pas untuk menghubungi perempuan itu. Ternyata, teman-teman kuliah saya pun banyak yang sudah tahu dan akhirnya mereka memperlihatkan bukti capture bagaimana suami saya membagikan momen mesra bersama selingkuhannya di akun path miliknya. Ya, kami tidak berteman di path setelah pisah ranjang.
Di bulan ketiga saya dan suami saya pisah ranjang, saya memberanikan diri meminta pin bbm perempuan itu ke Mba Nia yang merupakan teman saya kala jadi SPG dulu. Saya tanya baik-baik apakah ia kenal dengan wanita yang saya maksud. Ia jawab kenal. Saya pun meminta untuk diberikan pin bbmnya. Mba Nia tidak bertanya, ia langsung memberikannya. Kenapa memasuki bulan ketiga? Karena terhitung di bulan tersebut suami saya sudah tiga bulan tidak menafkahi saya dan anak saya. Di sinilah cerita itu dimulai...
Saya mengganti nama pin bbm menjadi Ranika SPG/Usher/Model kemudian saya add pin bbm perempuan itu. Kenapa saya mengganti nama ada embel-embel SPGnya? Karena perempuan ini saat itu bekerja menjadi SPG Rokok di Jogja dan ia pernah satu tim dengan suami saya. Saya membuat embel-embel SPG pun agar ia mudah untuk accept pin bbm saya. Sudah saya duga, tidak berapa lama ia accept. Dan mulailah saya chat dia.
Halo, ini mba N**** P***** ya?
Ia membalas. Ini siapa ya?
Langsung saya kirimi foto Lovy yang sedang tertawa. “Halo mba,kenalin ini Lovy anaknya erik. Makasih ya mba berkat mba anak saya tidak pernah sekalipun dinafkahi. Makasih lho mba selalu minta ditransferin suami saya. Oh iya, erik pacar mba itu masih SAH jadi suami saya.
Ini balasan perempuan itu yang masih saya simpan.


Dan saya balas. Oh ya? Saya punya bukti lho mba kalo mba suka ditransferin sama suami saya, masih gamau ngaku? Saya heran ada perempuan setega mba yang bahkan bukan menyakiti sesama perempuan saja tapi juga mengambil hak nafkah anak saya.
Nah ini bukti kalau perempuan itu memang ditransfer. Chat ini dari Kak P yang saat itu satu tim di perusahaan rokok bersama suami saya.


Dia hanya membaca chat saya. Saya mulai lagi menulis chat. Nah sekarang mba tau kan saya masih jadi istri sahnya? Mbanya kalo mau sama suami saya boleh kok pas saya sudah resmi cerai. Mba harusnya mikir, anak saya aja gak dinafkahin apa kabar nanti sama anak mba? Hati-hati lho mba, mba bisa merasakan apa yg saya rasakan.
Kemudian seterusnya saya menceramahinya yang hanya ia baca. Tak berapa lama suami saya mengirimkan pesan ke saya seperti ini.


Ohiya kenapa suami saya bisa bilang “Bilang kuliah tp ga punya otak?” Karena sejujurnya dia putus kuliah saat semester 2 dan saya paksa untuk kuliah lagi setelah menikah dengan saya... LUAR BIASA SUSAHNYA! Iya, dia lebih milih bekerja sebagai TL rokok yang dikelilingi wanita-wanita cantik ketimbang mengenyam bangku kuliah demi masa depan. Teman-teman saya juga bilang bahwa selingkuhan suami saya adalah salah satu SPG yang satu tim dengan suami saya. Wanita itu menjadi SPG karena ingin mencari uang sendiri dan sebagai pelarian karena merasa kurang kasih sayang setelah perceraian kedua orang tuanya. Oke, I see... Ternyata ia “korban” perceraian namun ia tidak belajar untuk menghargai Lovy, anak saya yang saat itu orang tuanya akan bercerai.
Setelah suami saya menulis pesan seperti itu, saya pun kembali menulis chat kepada perempuan itu. Cie mbanya ngadu sama suami saya. Selamat lho mba, suami saya mengakui mba itu pacarnya. Alhamdulillah saya dapat bukti untuk ke pengadilan bahwa suami saya memang berselingkuh. Allah itu baik banget ya mba? Ngasih bukti segampang ini. Tenang mba, setelah saya resmi bercerai mbanya bisa kok puas-puasin bergumul dengan suami saya. Semoga mbanya bahagia ya. Love you.
Saya sudahi percakapan saya dengan perempuan itu yang no respon tapi tetap dibaca. Di sini saya berbagi cara untuk menghadapi selingkuhan suami saya:
1.      Saya berkata dengan sopan karena dengan begitu saya menunjukkan kepada selingkuhan suami saya bahwa saya berpendidikan dan tidak asal memaki-maki dia.
2.      Saya tidak menulis dengan emosi, saya beristigfar saat saya marah membaca pesan dari suami saya tapi tidak membalas ke perempuan itu dengan makian. Ya, meski saya membalas pesan suami saya dengan tawa yang panjang seperti meledeknya kemudian di akhir kalimat saya berterima kasih telah memberikan bukti nyata perselingkuhannya, lantas saya tidak berkata-kata kasar kepada perempuan itu.
3.      Saya membuat perempuan itu tertekan dengan kata-kata sok bijak saya. Seems like dia akan berpikir “Hellowwww, lo nyeramahin gue mentang-mentang gue selingkuhan suami lo?” hihi seneng deh!
Selang satu bulan setelah kejadian mencekam tersebut (baca: chat dengan selingkuhan suami) saya mendapatkan mimpi bahwa perempuan itu hamil. Saya bercerita kepada tante saya tentang mimpi aneh yang baru saja terjadi. Tante saya bilang mungkin memang benar.
Saya pun kembali mengirimkan pesan chat kepada perempuan itu (benar sekali, perempuan itu tidak menghapus kontak saya). Mba, saya mimpi mba hamil dan dihamili suami saya lhoooo wow!
No respon hanya dibaca. Saya chat kembali. Lovy nungging-nungging lho mbaaaa berarti sebentar lagi Lovy punya adek tiri. Eh bener kan ya adek tiri? Mbanya gak mau ngeresmiin dulu gitu? Hahaha
No respon hanya dibaca. Ya ampun, saya usil banget ya? Sejujurnya saya senang lho menggoda perempuan itu hihihi. Lovy memang lagi hobi nungging-nungging. Tante saya bilang mungkin mimpi saya benar. Ah meski saya guyon, saya juga merasa bodo amat meski perempuan itu hamil. Saya malah pengen ngomong “Syukurinnnn dihamilin suami orang” karena saya sudah MUAK dengan gaya terang-terangan mereka yang semakin menjadi-jadi.
Saat itu bulan November 2015 dimana saya sudah menyelesaikan sidang skripsi saya yang Alhamdulillah mendapatkan nilai bagus. Teman saya bernama Kak C tiba-tiba menghubungi saya via chat. Awalnya sekadar basa-basi menanyakan kabar kemudian ia pun melontarkan maksud menghubungi saya. Ia bilang bahwa suami saya menghamili perempuan itu. Ia juga bilang kemungkinan bulan Januari mereka akan menikah.
Saya bercerita padanya bahwa saya sudah mengetahui tentang kehamilan perempuan itu dari mimpi. Saya juga bercerita bahwa saya sudah melabrak wanita itu lewat bbm. Kak C hanya bisa takjub dengan perkataan saya. Ia bilang kok bisa gitu ya? Kamu tau info bahkan dari mimpi. Saya jawab di sini ya, Kak. Itulah Kak dahsyatnya Allah SWT yang sangat sayang terhadap hambanya yang terdzolimi. Bahkan tanpa perlu saya bertanya kepada teman-teman saya, saya sudah mendapatkan jawaban pasti.
Kak C juga mengatakan bahwa ia applause karena saya sangat berani melabrak perempuan tidak tahu diri itu. Ternyata Kak C sudah sangat muak dengan perempuan itu. Ia lah orang yang membujuk perempuan itu untuk putus dengan suami saya. Ia bilang ke perempuan itu bahwa saya masih istri sahnya. Sayang, Kak C tidak cukup berani mengatakan kejujuran tentang perselingkuhan suami saya kepada saya. Kak C juga menawarkan untuk menemani saya menemui bapak dari perempuan itu. Kak C mengetahui rumah perempuan itu dengan pasti. Namun saya menolak, saya katakan padanya bahwa saya tidak mau membuat diri saya semakin lelah. Saya hanya mau hidup bahagia dengan anak saya. Biarlah perempuan itu menelan apa yang sudah terjadi dan biar Allah yang membalasnya.
“Rasa gembira” saya mengetahui tentang kebenaran mimpi saya tersebut, saya tuangkan di status bbm. Tidak berapa lama Mba D menghubungi saya via bbm. Ia mengatakan memang benar bahwa suami saya sudah menghamili perempuan itu. Berita tersebut sudah tersebar di kalangan SPG rokok. Kemudian Mba D mulai bercerita tentang sesuatu yang selama ini ia tutupi. Di sinilah akhirnya saya tahu bahwa suami saya telah berselingkuh cukup lama, bahkan saat saya hamil.
Mba D bercerita dulu ada SPG bernama Anita yang berasal dari Jakarta. Ia merupakan SPG tarikan yang dibawa dari Jakarta untuk bekerja di Jogja. Awalnya Anita adalah SPG yang dipegang suami saya sebagai TLnya. Mba D merupakan teman dekat Anita. Anita sudah tahu bahwa suami saya telah menikah dan saya sedang mengandung anak, sayang hati nurani Anita sudah ditutupi awan panas. Ia lebih bergelora untuk bercinta dengan suami saya tanpa memikirkan saya di rumah yang menunggu kepulangan suami saya.
Mereka "bergumul" ketika jam pulang kantor. Suami saya menyempatkan diri mengantar Anita ke kosnya sembari “mencicipi” tubuhnya. Miris memang saya baru tahu hal itu setelah sekian lama. Pantas saja saat saya hamil, suami saya setiap jam 6 pagi semangat berangkat bekerja namun ia selalu pulang telat. Seharusnya jam 6 sore sudah sampai rumah, namun seringkali jam 3 pagi baru sampai rumah. Saya tanya baik-baik, saya dimarahinya bahkan pernah ditendang dan juga dicekik. Iya, saat itu saya sedang hamil muda. Ternyata... Anita penyebabnya. Suami saya tega melukai perasaan saya yang menunggunya berjam-jam dan juga tega menganiaya saya hanya karena seorang perempuan bernama Anita.
Mba D bercerita kembali bahwa setelah beberapa bulan singkat mereka "bergumul", Anita hamil. Anita panik luar biasa karena setelah ia melaporkan kehamilannya ke suami saya, suami saya hanya berkata “Aku gak mungkin nikahin kamu. Kan kamu tau istriku lagi hamil.” JEGER!!! Bagai tersambar petir, Anita merasa depresi. Ia mencoba kuat meski akhirnya jalan pintaslah yang ia pilih. Ia menggugurkan kandungannya yang ia bilang “Demi Mba Syifa” hahaha lucu. Demi saya? Kenapa anda tidak memikirkan perasaan saya jauuuuh sebelum anda bergumul dengan suami saya?
Mba D juga bercerita, setelah ia menggugurkan kandungannya, suami saya bersikap 180 derajat terhadap Anita. Ia pura-pura tidak kenal jika melihatnya bahkan meminta Anita untuk tidak satu tim dengannya lagi. Ia juga berkata “Baguslah” saat Anita telah menggugurkan kandungannya. Ya, mantan suami saya sekejam itu.
Anita yang merasa depresi pun akhirnya memilih untuk pulang ke ibu kota menemui kekasihnya. Ia menghapus semua kontak teman-temannya di Jogja termasuk suami saya. Bahkan Mba D pun kini tidak memiliki kontak bbm atau media sosial Anita.
Saya marah. Saya kesal luar biasa. Kenapa baru sekarang saya mengetahuinya? Jika saya tahu saat saya hamil dulu, saya akan mengambil jalur hukum dan saya pun akan menceraikan suami saya saat itu juga. Pantas saja saat hamil dulu, saya seringkali dianiaya oleh suami saya. Ternyata sebabnya karena suami saya berselingkuh dengan banyak wanita (nanti akan saya ceritakan selingkuhannya yang lain). Sering kali saya menangis saat hamil atas sikap dan perlakuan suami saya. Ketika saya menangis, saya hanya bisa mencurahkan kepada anak saya di dalam kandungan. Saya sangat takut untuk bercerita ke orang tua saya.
Tentang Anita, saya bertanya kepada Mba D apakah Mba Nia tahu? Ia bilang semua orang di kantor tahu termasuk Mba Nia. Astagfirullahalazim... bahkan Mba Nia kenal saya jauh sebelum saya kenal suami saya, tapi kenapa ia tega menyembunyikan bangkai tersebut? Lain halnya dengan Mba D, saya baru mengenalnya beberapa bulan, jadi saat kejadian Anita, saya sama sekali tidak mengenal Mba D. Saya beranikan diri untuk menghubungi Mba Nia via chat. Saya tanya baik-baik tentang semua yang diceritakan Mba D. Mba Nia pun akhirnya mengakui bahwa memang ia mengetahui semuanya. Beginilah yang ia katakan mengapa ia tidak memberi tahu saya.
Dek, aku perempuan dan kamu perempuan. Jika aku di posisimu pasti aku gak kuat. Aku menutupi semuanya karena aku gak mau kamu jadi sakit. Saat itu kamu lagi hamil muda, aku takut kamu keguguran. Maafin aku yang gak mau cerita tentang Anita. Aku salah.
Sebenarnya saya terima jawaban dari Mba Nia namun hati ini masih marah. Saya katakan kepadanya bahwa saya wanita kuat. Jika saja ia memberi tahu, saya akan mengambil tindakan. Saya katakan padanya bahwa saya selalu berkata jujur kepada Mba Nia bahkan saat dulu suami Mba Nia SELINGKUH dengan SPG rokok, saya lah yang membeberkan dan saya lah yang menguatkannya. Ia berdalih dengan mengatakan bahwa ia tak mau saya bercerai dengan suami saya. Ia juga mengatakan bahwa masalah itu sudah lama sekali dan tidak perlu diungkit kembali. Di sini saya marah. Saya katakan padanya bangkai yang disimpan akhirnya akan tercium juga. Perceraian yang tak ia inginkan pun akhirnya terjadi juga.
Ia pun meminta maaf tapi sayang ia malah memarahi Mba D karena membeberkan semuanya. Saya chat Mba Nia kembali, saya bilang Mba D sungguh luar biasa baik dan ia tidak salah. Justru kenapa Mba Nia yang menyembunyikan sekian lama. Ia meminta saya untuk case closed tentang Anita. Ya, saya menurutinya. Saya katakan biarlah Anita mendapatkan balasan dari Allah tanpa saya harus membalasnya.
Hhh... bangkai tetaplah bangkai yang berbau busuk meski disimpan rapat agar tak tercium baunya. Sayang, meski sedalam apapun bangkai disimpan, baunya tetap akan terendus ke permukaan. Seperti itulah perselingkuhan. Perselingkuhan seperti bangkai yang busuk dan bau. Meski ditutupi sekian lama, perselingkuhan pada akhirnya akan ketahuan juga. Ntah si laki-laki atau si perempuan yang tidak sengaja membuka aib perselingkuhan mereka atau malah salah satu dari mereka yang lelah menutupi hubungan terlarangnya dan segera ingin go public.
So, siapapun yang berpikir untuk berselingkuh dengan suami/istri orang, siap-siap kalian akan mendapatkan balasan dari yang kuasa dan juga siap-siap melihat kesuksesan dari orang yang kalian sakiti. Percayalah, Allah SWT selalu berpihak kepada hambanya yang terdzolimi.

Friday, February 24, 2017

Jika dan Jika

Jika ia laki-laki baik, ia tidak akan berbohong tentang keluarganya.
Jika ia laki-laki baik, ia tidak akan berbuat kasar kepada istrinya.
Jika ia laki-laki baik, ia tidak akan berselingkuh ketika istrinya hamil besar.
Jika ia laki-laki baik, ia tidak akan berselingkuh ketika istrinya baru melahirkan dan tak berdaya.
Jika ia laki-laki baik, ia tidak akan berselingkuh bagaimanapun keadaan istrinya.
Jika ia laki-laki baik, ia akan menemui anaknya meski jarak kendalanya.
Jika ia laki-laki baik, ia akan menemui anaknya meski rintangan apapun yang dihadapinya.
Jika ia laki-laki baik, ia akan selalu menafkahi anaknya.
Jika ia laki-laki baik, ia tidak akan membiarkan anaknya kekurangan.
Jika ia laki-laki baik, ia tidak akan membiarkan anaknya tumbuh tanpa sosoknya.
Jika ia laki-laki baik, ia tidak akan tergoda perempuan selain istrinya.
Jika ia laki-laki baik, ia akan menjaga istri dan anaknya sampai maut menjemputnya.

Jika ia perempuan baik, ia tidak akan mendekati laki-laki beristri.
Jika ia perempuan baik, ia tidak akan menyerahkan kehormatannya kepada laki-laki beristri.
Jika ia perempuan baik, ia akan mundur ketika istrinya berkata jujur kepadanya.
Jika ia perempuan baik, setidaknya ia menunggu perceraian selesai.
Jika ia perempuan baik, ia akan membiarkan laki-lakinya untuk menemui anaknya.
Jika ia perempuan baik, ia akan mendukung laki-lakinya untuk selalu menafkahi anaknya.
Jika ia perempuan baik, ia tidak akan memutus tali keluarga antara ayah dan anak.
Jika ia perempuan baik, ia akan meminta maaf atas kelakuannya kepada mantan istri dari laki-lakinya.
Jika ia perempuan baik, ia tidak akan menyakiti sesama perempuan.

Karena sesungguhnya laki-laki baik akan bertemu dengan perempuan baik.
Dan laki-laki tidak baik akan bertemu dengan perempuan tidak baik.

Untuk semua perempuan yang telah lepas dari laki-laki tidak baiknya, percayalah suatu hari nanti akan datang laki-laki baik kepadamu.
Wipe your tears and believe that God really love you ❤

Monday, February 20, 2017

Ketika Ia Katakan Lovy Bukan Prioritasnya

Cerita tentang saya dan Lovy Part 2. Oke, mungkin kali ini saya akan sedikit bercerita tentang part sedih yang dialami saya dan Lovy. Saya juga akan bercerita mengapa saya berpisah dengan ayah kandung Lovy. Nope, saya bercerita bukan untuk membuka luka lama. Saya hanya ingin berbagi dan menguatkan siapapun seorang single parent seperti saya untuk tetap kuat dan melangkah maju meski cobaan demi cobaan kalian hadapi.
            Saat itu Lovy masih berusia 11 bulan di bulan September 2015. Sedikit lagi skripsi saya selesai dan saya bisa mengajukan sidang skripsi. Di saat saya sedang on fire mengerjakan skripsi, saya mendapat kabar bahwa ayah kandung Lovy memiliki seorang pacar. Saya mendapatkan kabar tersebut dari teman saya di Yogyakarta. Ternyata sudah banyak yang tahu namun baru ia yang berani membocorkannya kepada saya. Perempuan itu adalah seorang SPG Rokok. Ia merupakan teman kerja mantan suami saya yang merupakan TL dari SPG Rokok tersebut.
            Padahal saat itu, saya belum sama sekali mengajukan cerai ke pengadilan karena keluarga saya mengatakan saya harus fokus skripsi dulu. Mantan suami saya yang memang sudah gila perempuan, lebih mementingkan hawa nafsunya dibandingkan anaknya. Iya, saya memilih berpisah karena beberapa kali memergoki ia berselingkuh. Meski saya baru memergoki via percakapan BBM.
            Beberapa kali teman saya menasihati agar mantan suami saya yang dulu masih menjadi suami saya itu untuk selalu dipantau. Ia memang bekerja dikelilingi oleh perempuan-perempuan cantik, tapi saya tidak habis pikir bahwa ia tega berbuat kasar kepada saya karena lebih mementingkan selingkuhan-selingkuhannya. Kenapa saya berbicara selingkuhan-selingkuhannya? Karena tidak hanya satu perempuan saja yang saya pergoki.
            Hari dimana teman saya membocorkan bahwa mantan suami saya – yang masih belum berstatus cerai itu memiliki pacar, sungguh saya merasa marah. Saya marah ternyata selama ini anak saya tidak ditengok dan tidak diberi nafkah karena ia memiliki pacar baru. Iya, saya juga mengetahui dari teman saya bahwa pacarnya sering ia transfer uang. Tapi Lovy? Seperserpun tidak pernah ditransfer oleh ayahnya untuk membeli kebutuhan Lovy.
            Saya mendapatkan pin BBM perempuan itu lalu saya add pinnya. Perempuan itu pun tanpa pikir panjang mengkonfirmasi request pin bbm saya. Awalnya saya pura-pura menjadi orang lain dan menanyakan apakah benar ini kontak BBM dari N**** P*****, ia pun menjawab iya. Lalu saya mengirimkan foto Lovy dan dari situ saya melabrak secara halus bahwa laki-laki yang ia pacari masih menyandang suami orang yang memiliki anak. Perempuan itu mengatakan tidak tahu menahu, saya pun menjelaskan secara baik-baik bahwa sudah seharusnya ia tidak memperkeruh suasana. Sayangnya yang saya dapat adalah cacian dari mantan suami saya. Ia memaki saya untuk tidak mengganggu pacarnya lagi.
            Saya selalu merasa aneh ketika saya sedang down, saya merasa Lovy selalu mengerti apa yang saya rasakan. Kala itu saya menangis mengetahui jawaban mengapa anak saya tidak pernah ditengok dan dinafkahi oleh ayahnya, ternyata karena perempuan itu. Saat saya menangis, Lovy mendekati saya lalu menyeka air mata saya. Saya tersentak. Lovy tersenyum. Ini kali kedua Lovy menyeka air mata saya. Dulu saat usianya 5 bulan, ia pun pernah menyeka air mata saya yang jatuh. Saya selalu berpikir, Lovy adalah malaikat kecil yang datang untuk menemani saya dan membuat saya kuat.
            Seminggu setelahnya, saya merasa lebih baik berdamai dengan mantan suami saya. Saya mengijinkan ia bersama perempuan lain asalkan Lovy tetap mendapatkan kasih sayang dan nafkah darinya. Saat itu, keuangan saya memang sedang kacau karena selalu saja kurang. Uang saya sudah habis sedangkan popok anak saya belum terbeli. Mau tidak mau saya mencoba menghubungi mantan suami saya. Awalnya tidak direspon, saya pun sms bahwa saya ingin ia mendengar anak saya. Ia menelpon saya. Pada saat yang pas, anak saya mengucapkan kata Mama. Ia mengatakan apa benar itu Lovy, saya bilang benar. Saya bilang, popok Lovy habis. Namun nadanya malah tinggi, ia bilang ia tidak memiliki uang. Saya masih mencoba baik-baik, saya katakan bahwa saya hanya butuh lima puluh ribu untuk beli popok Lovy. Sekali lagi ia bernada tinggi, ia bilang uangnya habis bayar cicilan motor dan mobil. Ia bilang jika cicilan motor lunas motornya akan diberikan kepada Lovy.
            Berkali-kali saya katakan, Lovy tidak butuh motor, Lovy butuh kasih sayang dan nafkah dari ayahnya. Ia lalu bernada semakin tinggi, ia katakan bahwa prioritasnya ada banyak. Kali ini saya yang marah. Dengan nada tinggi saya katakan bahwa Lovy adalah anak kandungnya dan anak adalah prioritas nomor satu bagi orang tua. Saya sungguh marah, saya sungguh malu. Saya memohon seperti mengemis hanya demi uang lima puluh ribu namun yang saya dapatkan adalah pernyataan darinya bahwa Lovy bukanlah salah satu prioritasnya. Telepon pun saya matikan. Hati saya sekali lagi hancur.
            Saya menangis mendekap di kasur. Saya tidak mendengar tante saya masuk ke dalam kamar. Ia gendong Lovy kemudian mendekati saya dan mengelus-elus punggung saya. “Tante kan udah bilang, kalau teteh gak punya uang bilang ke tante. Teteh gausah lagi ya mohon-mohon kaya tadi. Teteh denger kan anak teteh bukan prioritasnya lagi.” Saya masih menangis saat tante saya menyelipkan uang lima puluh ribu ke tangan saya. Saya malu. Sungguh sangat malu. Saya sudah menumpang dan sekarang saya merepotkan kembali tante dan om saya.
            Tante saya berkata kembali, “Mungkin cuma ini yang bisa tante bantu. Ambil ya, teh.. Kita kan gak pernah tahu apa yang ada di depan. Mungkin suatu hari nanti teteh yang bisa tolong tante saat tante membutuhkan.” Saya pun menyeka air mata saya dan memeluk tante saya, “Makasih ya, tan.. Makasih banyak..”
            Percayalah satu hal, ketika kamu terjatuh masih ada orang-orang di sekitarmu yang menyayangimu. Masih ada mereka yang peduli. Jangan pernah merasa sendiri dalam menjalani hidup. Meski kadang merasa malu untuk meminta bantuan, ingatlah kadang hidup tidak selalu berada di atas maupun selalu di bawah. Mungkin saat ini kita terjatuh lalu ditolong oleh orang-orang sekitar kita. Siapa yang tahu ketika suatu hari nanti kita akan menolong mereka saat mereka terjatuh. Intinya dalam hidup bahwa akan selalu ada prinsip tolong-menolong. Jangan pernah merasa malu untuk ditolong. :)

Lovy – Perpisahan – Kelulusan


Halo, saya Syifa. Saya adalah orang tua tunggal dari seorang anak perempuan yang bernama Lovely Assyabiya atau biasa dipanggil Lovy. Saya akan mulai bercerita bagaimana kehidupan saya dan anak saya. Saya juga akan bercerita bagaimana Lovy tumbuh dengan cinta, kebahagiaan, kasih sayang maupun kesedihan yang ia alami. Namun, saya menulis beberapa part tentang kesedihan bukan untuk dikasihani. Saya ingin setiap tulisan saya mengenai anak saya menjadi sebuah inspirasi untuk siapapun yang membacanya, khususnya orang tua tunggal yang selalu berjuang untuk buah hatinya.
Lovy lahir di Sleman – Yogyakarta pada tanggal 22 Oktober 2014. Saya selalu yakin akan melahirkannya secara normal karena saat itu keuangan saya dan mantan suami saya yang sangat rendah. Alhamdulillah, Lovy dilahirkan secara normal di sebuah klinik bidan pada pukul 04.45 setelah adzan subuh. Saya memanggilnya Lovy yang bermakna menjadi Love Me. Saya ingin siapa saja yang menemui Lovy akan menyayangi dan mencintainya dengan tulus. Saya ingin ia tumbuh penuh dengan cinta. Lovy yang diambil dari kata Lovely memiliki arti menyenangkan. Kemudian ditambahkan Assyabiya yang memiliki arti pagi yang cerah. Jika digabungkan menjadi Lovely Assyabiya yang memiliki arti Pagi Cerah yang Menyenangkan.
Saya selalu yakin nama adalah sebuah doa, maka dari itu saya memberikannya nama sesuai dengan doa saya untuknya. Pagi cerah yang menyenangkan. Saya ingin hidupnya selalu cerah seperti pagi hari yang menyenangkan. Jika memang ketika ia bangun tidur dan paginya tak secerah seperti biasanya, saya harap ia selalu menjadi orang yang menyenangkan dan menganggap pagi hari adalah awal dirinya untuk melakukan semua aktivitas dengan gembira.
Lovy adalah seorang anak perempuan normal seperti yang lainnya. Lovy tinggal bersama saya dan juga ayahnya di kota Yogyakarta. Namun sayang, kebahagiaan yang kami rasakan harus menghilang ketika Lovy berumur 5 bulan. Saya memutuskan untuk berpisah dengan mantan suami saya yang merupakan ayah kandung Lovy karena banyak sekali kelakuannya yang di luar batas. Terlalu banyak yang saya hadapi untuk berpura-pura tidak mengetahui kejahatannya dan pada akhirnya saya menyerah.
Saya selalu ingat pertemuan terakhir Lovy dengan ayahnya. Kala itu, saya pindah rumah. Barang-barang di kontrakan sebagian dibawa oleh mantan suami saya dan sebagian saya angkut untuk pindah ke Kulonprogo. Malam itu, saya meminta ia menggendong Lovy. Saya sedikit memohon sambil berbisik, “Gendong Lovy, gendong anakmu”. Sayangnya, ia lebih memilih menghisap rokok di tangan dibanding menggendong anaknya. Lovy saat itu digendong oleh Oni, neneknya yang merupakan tante saya.
Oni berniat memberikan Lovy untuk digendong oleh ayahnya, sampai akhirnya Oni menyerah dan masuk ke dalam mobil. Ia yang masih menghisap rokok hanya mencolek pipi anak saya. Mobil pun berjalan pergi. Saya yang berada di kursi belakang merasa sakit luar biasa. Saya melihat Lovy seperti sudah tidak disayang lagi oleh ayahnya. Saya menangis di dalam mobil. Pikiran saya kacau. Saya kira meski saya berpisah dengan mantan suami saya, ia akan tetap sayang dengan anak saya.
Mungkin siapapun yang membaca tulisan saya akan berpikir saya agak berlebihan. Namun kalian tidak pernah tahu, saya selalu berfirasat bahwa hari itu adalah pertemuan terakhir Lovy dengan ayahnya, maka dari itu saya memohon kepadanya untuk menggendong Lovy. Saya merasa sangat sakit hati karena saya menyaksikan sendiri bagaimana ia memperlakukan anak saya tidak sebagai seorang anak.
Di dalam mobil, saya menangis merintih. Om dan tante saya menasihati saya. Om saya mengatakan tidak apa-apa menangis agar saya lega. Saya berpikir bahwa ini adalah cobaan dari Allah SWT yang sungguh luar biasa dalam hidup saya. Saya harus berpisah karena banyak perlakuan tercela dari suami saya dan saya harus menyaksikan anak saya tidak benar-benar dicintai ayah kandungnya. Malam itu, sambil menangis saya berkata kepada tante saya, “Tante, Syifa mau pakai kerudung. Ajari Syifa lebih dekat sama Allah ya, tante..” Tante saya pun menitikkan air matanya “Iya, teh. Sabar ya, teh, ini cobaan buat teteh.”

* * *

Hari-hari Lovy tanpa kasih sayang seorang ayah pun dimulai. Saya dan Lovy sementara tinggal di rumah tante dan om saya di Kulonprogo – Yogyakarta. Jarak dari kota Yogyakarta ke Kulonprogo adalah satu jam. Hari demi hari saya tunggu kedatangan mantan suami saya untuk menemui Lovy, tapi hasilnya nihil. Ia tidak pernah datang.
Saat itu, saya dan Lovy tinggal di rumah tante dan om saya karena saya masih menempuh skripsi untuk kelulusan saya di UGM. Sungguh sangat berat yang saya rasakan. Harus menghadapi perpisahan sembari mengerjakan tugas skripsi demi kelulusan. Satu bulan lamanya saya hanya seperti orang bodoh yang termenung. Tante dan om saya selalu menasihati sembari membacakan doa agar saya kembali normal. Saya pun kadang merasa aneh. Saat Lovy menangis meminta ASI, beberapa kali saya tidak sadar dan tidak mengerti apa yang harus saya lakukan. Banyak yang bilang, saya terguncang.
Orang tua saya sesekali datang berkunjung untuk melihat keadaan saya dan Lovy. Menasihati saya agar segera lulus untuk bisa pulang ke Jakarta. Namun kadang semua nasihat itu seperti masuk ke telinga kanan dan keluar dari telinga kiri. Saya masih merasa seperti orang bodoh. Sampai suatu hari saya sadar karena sebuah senyuman kecil. Senyuman itu milik Lovy. Ia yang menguatkan saya dan menyadarkan saya untuk bangkit dari keterpurukan.
Saat itu Lovy masih berusia 6 bulan tapi saya merasa seperti ia sudah besar. Ia menatap wajah saya sambil tersenyum seperti berkata, “Mama, you can do it!”. Saya terhentak. Iya, saya harus berjuang. Saya harus bangkit. Saya memiliki seorang putri yang harus saya besarkan. Allah bersama saya, saya bisa!
Pada akhirnya saya mulai mengerjakan skripsi. Saya rutin ke kampus seminggu sekali menempuh jarak 50 KM lebih perjalanan pulang pergi Yogyakarta – Kulonprogo menggunakan motor. Ketika saya akan give up, selalu yang saya lihat senyuman itu. Senyuman tulus dari seorang gadis kecil yang selalu berada di samping saya.
Perjalanan panjang saat saya membuat skripsi adalah sebuah perjalanan yang manis. Hari-hari dimana saya harus berjuang sembari saya melihat perkembangan anak saya. Dari ia bisa duduk sendiri, merangkak, berdiri, dan akhirnya bisa berjalan. Melihat perkembangan Lovy hari ke hari adalah yang paling membahagiakan dalam hidup saya. Mama. Itu adalah kata pertamanya. Iya, akhirnya Lovy bisa memanggil saya di umur 8 bulan. Ketika kebahagiaan itu datang, terkadang kesedihan ikut menyelimuti. Saya selalu di samping Lovy namun ayahnya tidak pernah sekalipun melihat pertumbuhan anaknya.
Ketika perasaan sedih itu datang, lagi-lagi yang membuat saya bahagia adalah Lovy. Lovy kecil yang selalu tertawa dan jarang menangis kecuali meminta ASI. Lovy kecil yang selalu menghibur mama, oni, dan okinya. Lovy yang sudah bisa menari-nari kecil bahkan di usianya baru 8 bulan. Lovy, anak yang menyenangkan sesuai dengan namanya, Lovely.
Saya selalu ingat saat merayakan ulang tahun Lovy di usianya yang pertama. Meski saat itu saya dijatah lima ratus ribu rupiah per-dua minggu oleh orang tua saya, saya merasa masih bisa merayakan ulang tahun Lovy meski dengan uang tersisa. Saya memesan kue tart ukuran sedang di salah satu toko roti dan alhamdulillah harganya tidak mahal. Lovy yang saat itu belum bisa meniup lilin, akhirnya lilinnya ditiup oleh Oni. Betapa lucunya ekspresi Lovy kala itu.
Hadiah terindah di umur Lovy 1 tahun adalah Mamanya mendapat jadwal sidang skripsi. Iya, akhirnya Mama Lovy akan lulus. 24 November 2015 adalah sidang skripsi untuk kelulusan saya. Sepanjang jalan dari Kulonprogo menuju UGM, saya selalu melantunkan doa. Allah bersama saya. Saya yakin bisa lulus demi Lovy.
Alhamdulillah saya dinyatakan lulus dengan nilai B+ oleh dosen penguji saya. Sejujurnya, beberapa kali saya tidak bisa menjawab dan hanya bisa meminta maaf. Ntah apa yang terjadi saat saya diperintahkan menunggu di luar ruang sidang saat mereka berunding untuk menilai saya. Saya kira saya akan mendapatkan nilai C. Alhamdulillah saya mendapatkan nilai B gemuk atau B+ meski bukan A. Ketiga dosen penguji saya bergantian memeluk saya memberikan selamat dan mereka selalu berkata, “Yang kuat ya, nak”.
Dosen pembimbing saya yang terakhir memeluk saya. Ketika kedua dosen yang lain pergi, ia bercerita bahwa mereka sudah mengetahui apa yang tengah saya hadapi. Mereka merasa appreciate atas apa yang saya lakukan dan saya kerjakan. Meski dengan cobaan hidup yang saya alami, saya masih berjuang untuk lulus demi anak saya. Saya merasa terharu dengan yang dikatakan oleh dosen pembimbing saya. Sejujurnya, saya merasa sedikit berkecil hati karena saya dikasihani, namun saya kembali berpikir bahwa yang dilakukan orang lain terhadap saya sesungguhnya adalah sebuah simpati ataupun empati dan saya tidak boleh menolaknya.
Bagi saya, hari itu adalah hari terindah yang saya alami selain hari kelahiran anak saya. Saya pulang dari Yogyakarta menuju Kulonprogo dengan keadaan luar biasa bahagia. Saya merasa bangga telah menyandang gelar sarjana. Sepanjang perjalanan saya bernyanyi riang hingga sampai di rumah. Lovy sudah menunggu. Saya memeluknya kencang sambil berkata, “Sayang, mama sekarang sarjana. Mama sarjana!” Seperti biasa, meski ia tidak mengerti, ia tertawa girang.
Menurut saya, kesedihan akan selalu ada dalam hidup kita karena berbagai hal. Bagaimana kita menghadapi kesedihan itu adalah sebuah pilihan yang harus kita jalani. Jika kita menghadapi dengan rasa kecewa bertubi-tubi, niscaya kesedihan itu tidak akan sirna. Lain halnya jika kita menghadapi kesedihan itu dengan rasa percaya diri untuk bangkit. Percayalah, kesedihan itu pada akhirnya akan berbuah manis.
Selalu percaya kan dengan kata-kata ini “Badai pasti berlalu”?
Yup, sesungguhnya badai yang datang pasti akan berlalu seiring berjalannya waktu dan cara kita menghadapinya. Karena kalau kata Dyasti Wulandari, “Matahari tercerah datang setelah badai terparah”
So, bangkitlah dari keterpurukan! Ingat, akan ada matahari tercerah yang menantimu ketika badaimu sudah usai. :)