Monday, April 20, 2020

Ini Bukan Kisah Sedih di Hari Minggu


Februari 2016 saat itu.
Saya dan Lovy pertama kali menginjak Jakarta kembali setelah hari wisuda saya.
Berbekal ijazah dan keberanian, saya yakin untuk menetap di Jakarta bersama Lovy di rumah orang tua (yang  saya pikir) sementara.

Sudah saya masukkan lamaran ke berbagai perusahaan, lewat website hingga datang ke kantor-kantor, belum ada yang memanggil saya.

Saat itu saya belum berpikir Jakarta keras.
Hidup saya masih ditanggung orang tua, 500rb satu bulan, harus cukup.

Ibu menawarkan saya lebih, saya yang tak mau.
Segitu saja saya sudah malu.

Lalu saya ditawari mengantar sepupu-sepupu saya dan juga tante.
Saya terima.
Sekali antar 10rb, kalau jauh 20rb.
Setiap minggu saya digaji oleh tante saya.
250rb biasanya  saya dapat dalam seminggu tapi ntah berapa kali saya antar bolak-balik.
Kadang tante saya memberikan lebih.

Saya berjanji pada diri sendiri tak ingin lagi merepotkan kedua orang tua.
Saya katakan kepada ibu agar tak perlu lagi memberikan uang bulanan.
Saya yakinkan beliau bahwa sebentar lagi saya akan dapat pekerjaan.

Ternyata memang kenyataan tak seindah khayalan.
Belum juga saya dapatkan kerja hingga mendekati puasa.

Libur sekolah. Tak antar sepupu.
Tante kadang juga tak saya antar.
Tak ada pemasukan.

Saya putar otak ini.
Saya coba buka-buka internet mencari resep makanan simpel yang sekiranya bisa saya buat.
Tadinya saya pikir bisa saja saya jual makanan.
Saya coba buat berbagai makanan di rumah, lumayan rasanya.
Lalu saya ingat pula, saya pintar bikin risoles mayo.
Saya coba buat, lalu saya hubungi Indri, teman dekat yang bekerja tak jauh dari rumah saya.
Saya katakan akan berkunjung ke kantornya membawa makanan, saya ingin ia menyicipinya.

Seperti takdir yang memang sudah dijalankan...
Indri bilang, kenapa tidak saya menawarkan makanan kepada teman-teman kantornya?
Ia sudah huru hara ke teman-temannya bahwa akan ada yang datang beberapa hari nanti bawa makanan jualan.

Saya saat itu bahagiaaaa sekali rasanya.
Padahal belum terpikir oleh saya untuk jual ke kantor-kantor.
Indri pembuka jalan.

***

Puasa tiba.
List kantor teman sudah di tangan.
Saya akan bergantian setiap harinya datang ke kantor teman untuk menawarkan makanan buka puasa.
Makanan simpel penambal perut.

List sudah di tangan.
Sibuk saya buat dari pagi hingga siang.
Minggu pertama berjalan lancar.
Namun ternyata minggu kedua tidak selancar yang saya kira.

Saat itu, saya sudah membuat janji dengan kakak senior SMA yang bekerja di salah satu bank dekat pondok indah.
Senang bukan main saat ia mengizinkan saya membawa makanan ke kantornya.
Saya pikir orang bank pasti banyak apalagi ia di gedung pusat.

Ia mengatakan bahwa saya sudah harus sampai pukul 4 karena kantornya setengah 5 sudah bubaran.

Sudah saya siapkan semuanya.
2 plastik besar kiri dan kanan.
Saya siap berangkat membawa motor.
Lalu Lovy menangis ingin ikut.
Digendonglah ia di depan, diikat kencang.

Berkendara motor saya ke tujuan dengan Lovy yang mendekap erat di gendongan.

Sampai di sana jam 4 lebih, aduh saya pikir gawat.
Saya coba telpon kakak senior itu.
Tak ada jawaban.
Saya coba chat, tak kunjung dibaca.
Padahal pukul 3 tadi ia masih membalas chat saya.

Saya duduk depan kantornya bersama Lovy yang masih ada di gendongan.
Dua plastik besar berisi makanan, saya letakkan di samping kanan.

Saya masih mencoba menghubungi kakak senior itu. Tak kunjung ia angkat.
Saya coba bertanya kepada satpam, tapi nyatanya ia tak kenal kakak senior saya itu.

Saya kebingungan sedangkan jam sudah menunjukkan pukul 5.
Sebentar lagi buka puasa, namun dagangan saya belum ada yang laku satupun.

Saya coba beranikan diri menawarkan makanan yang sudah dibawa.
Hasilnya nihil.
Mungkin mereka pikir saya pengemis.

Pakaian saya lusuh, seorang anak digendongan saya.
Dua plastik besar berisi makanan di kanan-kiri tangan saya.
Tak ada yang beli, hanya menunggu dengan raut wajah iba saat itu.
Seperti menunggu belas kasihan orang yang lewat lalu lalang.
Saya coba tawarkan ke beberapa, tapi mereka menolak.
Saya kembali menghubungi kakak senior saya itu. Lagi-lagi tak ada jawaban.

"Mbak, jualan apa?" tanya seorang wanita.
Terkejut saya mendengarnya.
Saya buka plastik makanan, saya perlihatkan dan saya jelaskan padanya.
Ia beli beberapa.

Lalu tak disangka, ia panggil teman-temannya dan mengatakan saya menjual banyak takjil.
Teman-temannya datang dan membeli banyak sekali dagangan yang saya bawa.
Terharu saya dibuatnya.

Lovy yang masih di gendongan saya ternyata tertidur.
Dagangan sata tersisa dua, saya coba chat lagi kakak senior saya itu.
Saya bilang bahwa saya izin pulang karena sebentar lagi buka puasa.
Tak ada balasan.

Saya pulang dengan hati terluka namun juga lega.
Iya, saya memang terluka dengan sikap kakak senior saya yang tidak bertanggung jawab, saya pikir itu resiko.
Namun saya legaaa sekali.
Saya lega dagangan saya hampir habis.

Sebentar lagi adzan berkumandang, segera saya pulang bersama Lovy yang sedari tadi tidak rewel berada di gendongan.

Di perjalanan, tak terasa air mata ini menetes.
Memang bercampur aduk rasanya.
Hari ini saya sungguh diperlihatkan kuasa Tuhan.
Dikecewakan namun diberikan gantinya.
Terima kasih Tuhan.

***

Pukul 7 malam lebih, kakak senior saya baru membalas chat saya.
Ia mengatakan maaf dengan santainya.
Ia bilang banyak sekali pekerjaan jadi tak sempat melihat telepon genggamnya.
Saya bilang tak apa, lagi pula makanannya sudah habis terjual.
Ia mengatakan lega bahwa makanannya terjual dan tak basi.

Iya kak, kamu yang basi baru menghubungi setelah semua terjadi.
Tapi tak apa, kak.
Semua ada hikmahnya.
Terima kasih telah mengajarkan untuk lebih menghargai orang lain.

***

Dari pengalaman saya, akhirnya saya sadar bahwa roda hidup memang berputar.
Saya yang dulu selalu meminta apapun kepada orang tua saya dengan mudah, kemudian sangat sulit mencari uang.
Saya pikir hidup saya akan bahagia setelah menikah muda, kenyataannya saya mendadak menjadi single parent.

Saya sempat meratapi nasib.
Anak manja yang tiba-tiba diterpa musibah dan harus menerima kenyataan bahwa hidup memang keras, saya tidak siap.
Namun ratapan saya tidak menghasilkan apa-apa, saya harus bergerak.

Saat tak ada pekerjaan, apapun saya lakukan demi mencari uang halal.
Ntah mengantar barang, membuat pesanan makanan, apa saja...
Satu prinsip saya, jangan malu.
Jika saya ukur dengan gengsi, susu Lovy tak terbeli.

Pernah pula saya mengajukan kepada ibu saya untuk menjadi driver ojek online.
Ibu saya tidak mengizinkan, terlalu bahaya katanya karena saya pun belum satu tahun ada di Jakarta.
Saya menurutinya.

Ibu saya yang selalu meyakinkan saya bahwa kelak saya akan dapat pekerjaan yang baik.
Ilmu saya akan terpakai, tak sia-sia.
Beliau katakan saya bisa menjadi mandiri meski tanpa suami.

Sampai pada akhirnya di titik ini, dimana saya sudah bisa mandiri dalam hal finansial.
Saya tidak akan pernah lupa perjuangan saya sebelumnya.
Terhina, terinjak, dan tertindas pernah saya rasakan di usia yang terbilang belum matang.
Dari semua itu saya mengambil banyak hikmah.

Ini prinsip hidup saya: "Jika kamu punya seribu alasan untuk mengeluh, cari satu alasan untuk bersyukur."

Saya juga selalu ingat untuk menghargai orang lain karena apapun yang saya tanam, suatu hari akan saya tuai. Maka dari itu saya mencoba untuk selalu menjadi orang baik.

Namun kawan, tidaklah mudah jadi orang baik. Terkadang apa yang kita lakukan belum tentu diukur baik oleh orang lain. Atau kadang kita sudah bersikap baik, namun tidak dibalas dengan kebaikan.

Teman saya bilang, jika kita berbuat baik dan berharap dibalas dengan kebaikan, siap-siaplah untuk kecewa. So, teruslah dan tetaplah jadi orang baik meski bagaimanapun keadaannya dan seperti apapun nanti hasilnya. Tetap semangat!



Sunday, February 11, 2018

Apa sih Isi Hati Pelakor dan Suami Tukang Selingkuh?

Akhir-akhir ini banyak sekali cerita tentang pelakor alias perempuan perebut laki (suami) orang. Semua cerita yang viral tersebut ternyata jauh lebih mengerikan dari apa yang saya alami. Kadang, saya pun geram dan ikut berkomentar saat cerita-cerita tersebut muncul di permukaan. Geram karena sudah merasakan bagaimana kejamnya perempuan yang tidak memiliki belas kasih dan dengan ”pintarnya” memutar-balikkan fakta atas apa yang sudah terjadi. So, sesuai judulnya, saya akan bercerita lewat pengalaman saya bagaimana isi hati para perempuan pelakor dan laki-laki tukang selingkuh.

Saat itu 22 Oktober 2016, pas hari ulang tahun Lovy yang kedua. Tiba-tiba ada yang mengirimkan pesan di direct message instagram Lovy. Betapa kaget saat saya tahu siapa yang mengirimkan pesan tersebut. Ia mengucapkan selamat ulang tahun kepada anak saya dan tak lupa mengucapkan kata-kata maaf karena belum juga bisa menemui Lovy sampai detik itu. Sudah bisa ditebak, kan, siapa orang tersebut?

Saya balas. “Kemana saja anda?” dan saya lanjutkan bahwa Lovy bahagia meski tidak mendapatkan kasih sayang ayahnya dan tak sepeser pun mendapatkan nafkah. Lucunya ia malah memberikan nomor handphone dan meminta saya menyebutkan nomor rekening, tanpa mengatakan ia akan menemui Lovy.

Saya marah. Saat itu saya kalut. Saya kira saya sudah lupa bahwa Lovy memiliki ayah. Teryata orang tersebut yang kembali mengingatkan saya. Saya merasa hari itu sungguh bahagia. Dari pagi hingga malam tak hentinya saya ucapkan selamat ulang tahun kepada anak saya. Dan tak lupa, saya berikan kado stroller yang selama ini kami impikan untuk memilikinya. Rasanya hari bahagia tersebut dihancurkan oleh satu ucapan tak bermakna dari seorang ayah yang pura-pura merasa bersalah.

Seketika itu juga saya lihat instagram laki-laki itu. Saya lihat, betapa “bahagia” dirinya karena telah lahir anak kesekiannya (kan anaknya banyak karena tidak tahu sudah berapa anak yang tidak jadi dilahirkan oleh selingkuhan-selingkuhannya). Saya komen seluruh fotonya dan foto-foto instagram NP (perempuan itu) dengan memberi selamat atas kelahiran “ADIK BARU” Lovy. Saya katakan jangan lupa untuk menjenguk Lovy dan meminta maaf atas perbuatan mereka kepada Lovy.

Malam itu sepertinya semua rasa sakit yang tertumpuk yang telah saya kubur dalam-dalam, dibongkar paksa dan akhirnya muncul kembali ke permukaan. Betapa sakit hati saya mengingat kembali apa yang telah terjadi. Tepat di umur Lovy 2 tahun ia muncul meski hanya lewat media sosial. Jika dihitung, berarti sudah 1 tahun 7 bulan Lovy ditinggalkan. Dan kini, mereka bahagia di atas penderitaan Lovy. Tanpa kasih maupun sayang. Tanpa nafkah lahir maupun batin. Tanpa sosok ayah di sampingnya. Mungkin saya sudah melupakan penderitaan yang saya alami, tapi saya selalu ingat penderitaan yang anak saya hadapi.

Ya, saya benar-benar kalut malam itu. Saya marah, kesal, semuanya jadi satu. Saya menangis sekencang-kencangnya. Lovy hanya melihat saya dari kasur. Saya tepuk dada  keras-keras sambil terus berkata “Ya Allah, hati ini sakit.” Lovy mungkin bingung sampai akhirnya ia tertidur dengan sendirinya tanpa meminta susu, tanpa berkata sepatah kata. Ia seperti mengerti bahwa malam itu Mamanya sedang menjadi pesakitan. Ia seperti membiarkan Mamanya menangis keras mengeluarkan semua uneg-unegnya selama ini. Malam itu, akhirnya saya lega setelah mengeluarkan tangisan panjang yang selama ini saya pendam.

Besoknya, saya sudah reda dan mencoba menghubungi mantan suami saya lewat sms ke nomor yang ia kasih. Hasilnya? Nihil. Nomornya langsung tidak terhubung, saudara-saudara! Jadi, dari hari itu pun saya tidak pernah lagi mendengar kabar buruk, eh, bahagia mereka. Kecuali teman-teman saya yang kadang suka keceplosan cerita tentang mereka. +____+


***

Di tahun 2017, saya makin aktif membagikan momen kebersamaan saya bersama Lovy lewat foto-foto di instagram saya @fdysyf dan instagram anak saya @itslovy. Tiba-tiba ada satu akun batita yang follow kedua ig tersebut. Kemudian akun tersebut memberikan like ke beberapa foto saya dan foto Lovy. Saya tidak hiraukan. Saya pikir mungkin orang random lagi kepo karena memang instagram kami tidak dikunci. Sampai akhirnya saya tidak sengaja notice karena nama akun tersebut agak sok kebulean. Klik. Oemji kepencet. Dannnn jeng jeng jeng ternyata itu akun anak (kesekiannya) mantan suami saya dengan si NP. Saya cuek. Kalau kata Dyasti, “Oh, mungkin doi lagi cek-cek ombak ngeliat kita yang dikepoin ini bahagia apa gak”. So, saya diamkan. Mau lihat saya sedih? Duh, sudah cerita lama, mba-masnyahhh.

Pada akhirnya saya sebal juga. Ntah laki-laki itu atau si NP yang suka like foto saya dan anak saya, saya memberanikan diri untuk mengirim pesan ke akun anak mereka dan akun laki-laki itu. Saya katakan bahwa tidak sepantasnya mereka kepo. Kalau memang ingin melihat Lovy, saya persilahkan untuk datang. Bila memang ingin meminta maaf kepada saya, akan saya maafkan jika mereka datang ke rumah saya. Toh, sampai hari ini rumah saya tidak pindah dan laki-laki itu tahu dimana rumah saya. Saat itu bulan puasa, saya pun berkata bahwa pintu maaf sesunguhnya terbuka lebar apalagi sebentar lagi lebaran.

Akun laki-laki itu dan anaknya sama-sama membalas dengan kata-kata yang sama bahwa mereka akan datang saat lebaran besok. But, saat malam tiba, ada lagi balasan dari akun anak mereka yang kali ini FIX si NP yang bales. Sebelumnya mohon maaf pesannya sudah terhapus dan tidak sempat saya capture. Kurang lebih seperti ini.

Saat itu ia membalas pesan saya dari akun anaknya, ia katakan bahwa saya tak perlu lagi menghubungi suaminya karena mereka sudah bahagia. Saya tegaskan, saya hanya meyambung silaturahmi antara anak dan ayahnya karena sampai detik ini anak saya sama sekali tidak ditengok oleh ayahnya dan sudah pasti ada kaitannya dengan dia (NP). NP jelas marah, ia memutar balikkan fakta justru saya yang mempersulit suaminya bertemu Lovy, anak saya. Dengan kata-kata sombongnya ia berujar bahwa suaminya mengucapkan ulang tahun yang kedua buat Lovy, saya marah. Di atas saya sudah jelaskan mengapa saya marah, saya katakan pula kepadanya bahwa memang saya marah namun ada sebab dan IA TAHU JAWABANNYA. Dan dengan kata-kata sok manisnya ia mengucapkan ingin sekali bertemu dan akrab dengan Lovy. HELL NO!! Cukup suami saya yang mba ambil, jangan anak saya. Bahkan nafkah pun tak mba ijinkan untuk diberikan ke anak saya. Mau akrab? Yang ada anak saya ditelantarkan saat bersama kalian!! Memang lucu. Begitulah perempuan perebut laki (suami) orang, dengan mudahnya ia membuat cerita baru yang tentunya tak ingin ia yang disalahkan. Ingin menjadi “ibu peri” untuk anak selingkuhannya? Kalian percaya? Saya sih tidak. J

Saya terangkan padanya masih dengan kata-kata halus dan mudah dicerna bahwa suaminya – yang merupakan mantan suami saya – tahu betul keberadaan anak saya, lalu apa sulitnya untuk datang? Perempuan itu menampik. Ia bilang tak mungkin suaminya ke rumah saya menemui Lovy karena orang tua saya membenci suaminya. Saya jelaskan kembali kepadanya (masih) dengan kata-kata yang baik. Saya katakan Tuhan saja maha pemaaf, jika memang laki-laki itu dengan tulus meminta maaf kepada kami pasti akan kami maafkan. Dan di sini saya tegaskan kembali bahwa saya hanya ingin anak saya ditengok langsung oleh ayah kandungnya agar ia tidak lupa bagaimana rupa dan sosok ayahnya. Saya juga tambahkan bahwa sampai Lovy menikah nanti, Lovy masih menjadi tanggung jawab ayah kandungnya.

Perempuan itu menampik kembali, ia bilang semua itu hanya akal-akalan saya untuk bertemu mantan suami saya. Ia bahkan mengatakan “Gak usah mimpi, mba untuk kembali dengan mas e*** karena kami sudah bahagia!” Lho, saya membacanya malah geli. Saya tegaskan padanya, jangankan cinta, rasa suka pun sudah tidak ada. Saya jelaskan lagi secara gamblang hakikatnya tidak ada mantan anak, bagaimana pun Lovy tetap anak kandung dari mantan suami saya. Ia semakin menampik dan sepertinya ketakutan sekali. Ia malah membicarakan hal lain, balasannya pun malah membawa nama teman dekat saya yang sering mengajak jalan saya dan Lovy. Dengan kata-kata kurang baik, ia menuduh saya yang berselingkuh dengan teman dekat saya saat saya masih jadi istri suaminya. MBA, BAHKAN MBA NIKAH SAMA SUAMI SAYA SAAT SAYA BELUM RESMI BERCERAI (duh, maaf capslock kepencet). Ia pun menyarankan – masih dengan kata-kata kurang baik – bahwa saya harus segera menikah dengan teman dekat saya dibanding mengganggu rumah tangganya.

Halo mba cantik yang dari dulu memisahkan Lovy dan ayahnya, saya beritahu, ya... Menikah itu tidak semudah kamu menghancurkan rumah tangga orang lain tanpa berpikir panjang. Menikah itu tidak semudah kamu tidur dengan suami orang tanpa memikirkan perasaan istri sahnya. Dan bagi saya yang pernah gagal dalam pernikahan, sudah seharusnya saya berpikir matang-matang untuk menikah kembali. Saya harus lebih dahulu menerima keadaannya dan ia menerima keadaan saya. Bukan karena sebuah cinta buta apalagi cinta terlarang seperti yang mba dan mantan suami saya lakukan.

Teman saya menasihati, sudah cukup saya membalas pesan perempuan itu yang otaknya tak mampu menyerap apa arti “anak kandung yang masih tanggung jawab seorang ayah”. Teman saya bilang, biasanya perempuan seperti itu tak akan pernah mau kalah dalam berdebat tentang kepemilikan apa yang sudah ia rebut. Layaknya anak kecil yang mencuri permen namun tak mau mengaku, hingga akhirnya ia menangis kencang dan tetap mengatakan ia tak mencurinya tapi tetap menggenggam permen curiannya.

Ya, teman saya benar. Balasan pesan yang ia kirim kepada saya hanya berisi bahwa saya jangan pernah lagi menghubungi mantan suami saya meski itu tentang Lovy, tentang hak lahir dan batin Lovy.

Pada akhirnya, ini kesimpulan saya atas isi hati perempuan perebut laki (suami) orang tersebut:
1.  Tidak akan pernah merasa bersalah karena ia yang merasa ditypu oleh si lelaki karena lelakinya mengatakan sudah resmi bercerai. (Duh, mba, medsos banyak mbok dikepoin dulu si “calon” biar tak tertifu atau minta bukti surat cerainya).
2.  Playing victim, setelah mengikrarkan bahwa ia ditipu oleh lelakinya tapi tetap mau dinikahi, ia akan merasa menjadi korban karena kisah perselingkuhannya diviralkan. (Wahai mba yang cantique, kalau saya tega, ketika kalian ketawan selingkuh kemudian menikah saat kami belum bercerai, saya bisa bawa mba dan suami saya ke pengadilan. Tapi saya pikir, buat apa buang-buang tenaga dan waktu? Karena saya tahu Allah tidak tidur. Saya tidak bisa membalas, tapi saya yakin balasan dari Allah akan melebihi ekspetasi saya).
3. Berpikir semua kesalahannya adalah sebuah takdir. Takdir ia menjadi selingkuhan (mantan) suami saya. Takdir (mantan) suami saya bercinta dengannya. Takdir (mantan) suami saya menikah lagi dengannya meski kami belum resmi bercerai. Takdir sampai detik ini suaminya tidak pernah menemui dan memberikan nafkah kepada anak kandung dari mantan istrinya. (Mba, habis kata-kata saya tentang teori takdir yang anda agungkan sekiranya hanya tentang pertemuan seorang perempuan dan suami orang lewat hubungan perselingkuhan).
4. Menyalahkan istri sah / mantan istri. Ini yang sering dikumandangkan oleh perempuan pelakor. Sombongnya pelakor adalah selalu memberikan sumpah serapah dengan kata-kata “Makanya jaga suami kamu baik-baik” dan “Makanya dandan, tampil cantik di rumah biar suami gak jelalatan” atau “Makanya jago masak, jago mijit biar suami gak jajan” (Maha benar wahai perempuan perebut laki (suami) orang. Jangan sombong. Kesombonganmu yang kelak akan menghancurkanmu).
5.   Takut si lelaki kembali ke mantan istri. Ia yang dengan bangganya mengatakan, “Lagian gak bisa jagain suami” akan ketulah dengan kata-katanya sendiri. Ia terlalu takut si lelaki kembali mengenang masa-masa indah bersama mantan istri dan anak yang lelakinya terlantarkan. Takut si lelaki diam-diam menemui mantan istri dan anaknya. Takut si lelakinya jatuh hati lagi setelah menemui mantan istrinya.
6.   Takut menjadi korban berikutnya dari aksi perselingkuhan si lelaki. Mungkin dalam doa para pelakor selalu terselip “Ya Tuhan, meki sebelumnya suami saya tukang selingkuh dan saya merebutnya hasil selingkuh, saya mohooooon buat suami saya tidak berpaling dari saya.” Memang, dalam islam tidak ada yang namanya karma, tapi yang saya tahu selalu ada hukum tabur-tuai. Kejahatan apa yang telah kamu perbuat, hasilnya akan kamu petik di kemudian hari.


***

Setelah saya bahas tentang isi hati perempuan perebut laki (suami) orang, waktunya saya membahas isi hati laki-laki tukang selingkuh. Anyway, setelah perempuan itu berkoar-koar di DM instagram. Waktunya si lelaki yang berkoar. Berikut ini yang ia katakan.

Tak lama setelah saya tidak membalas, ada lagi balasan yang masuk namun dari laki-laki itu. Intinya ia berjanji bahwa ia akan datang lebaran nanti menemui Lovy tapi saya tidak perlu lagi menyalahkan NP. Ia katakan bahwa istrinya tidak pernah bersalah dan bahwa perpisahan saya dan dia adalah takdir. Takdir? Oh ya, semudah itu memang orang yang telah berbuat kejahatan lalu mengatakan semua yang ia lakukan adalah takdir meski telah menyakiti banyak pihak.

Teori-teori omong kosong pun tak lupa ia tulis di dalam pesan. Kata-kata bijak ia sisipkan. Sama halnya seperti “Tong kosong nyaring bunyinya”, begitulah isi pesan yang laki-laki itu balas. Menggunakan teori yang satu pun tak ia jalankan. Omong kosong. Intinya saya tidak perlu lagi mencari ia karena ia yang akan datang menemui Lovy, anak saya. Berbalas pesan pun ditutup dengan janji dari laki-laki itu bahwa lebaran nanti akan datang ke rumah orang tua saya untuk menemui Lovy.

Setelah berbalas pesan melalui DM instagram, tahu apa yang terjadi? Mereka tidak pernah datang. Saya kesal. Saya sempat ancam akan laporkan lelaki itu ke KPAI, namun akhirnya saya urungkan. Lagi-lagi saya berpikir untuk apa membuang tenaga dan waktu saya? Lebih baik saya lupakan dan kemudian bahagia bersama Lovy.

Cerita masih berlanjut. Bulan November 2017, saya dan Lovy berkunjung ke Yogyakarta untuk berlibur. Kami menginap di rumah teman saya. Sepertinya mereka berdua mengetahui kabar bahwa kami ke Yogyakarta. Yang lucunya, laki-laki itu memberikan like di foto gambar gaun pengantin yang saya kenakan saat dahulu menikah. Foto itu memang sengaja tidak saya hapus karena gambarnya bagus. Selain saya menyukainya, saya menghargai teman saya yang menggambarnya. Jadi, saya tidak menghapus foto tersebut bukan karena saya masih kepikiran mantan suami saya. Jangan GE’ER anda!

Mungkin karena ulah “jahil” laki-laki itu memberikan like, si perempuan marah-marah. Pada akhirnya, saya jadi “korban” pertengkaran mereka yang notabene SAYA SUDAH TIDAK ADA URUSAN. Oemjehhhhh!

Saat saya sedang makan bersama teman saya, terdapat pesan masuk di DM instagram saya. Seseorang yang saya kenal lewat instagram karena sering sharing berbagai cerita, sebut saja Mba Baik. Mba ini tiba-tiba menanyakan kepada saya apakah saya follow akun si NP. Saya katakan tidak, bahkan saya block akunnya. Ia menyarankan agar tidak perlu kepo instagram si NP karena saat ini ia sedang memaki saya lewat insta story. Saya bingung. Oh, positif saja... mungkin si NP lagi haid dan ingin marah-marah kemudian melampiaskan ke saya. No problem, suka-suka anda.

Tidak sampai di situ. Keesokan harinya, saya bersama teman saya jalan-jalan keliling Yogyakarta. Sekali lagi, tiba-tiba teman saya yang lain mengirim pesan lewat DM memperlihatkan capture si NP yang mengatai saya. Di capture tersebut, NP memperlihatkan ada seseorang dengan akun palsu yang komen di instagramnya. Komen tersebut menyindir si NP bahwa kebahagiaan ia selama ini adalah hasil merampas dari apa yang orang lain punya. Kemudian si NP membalas dengan memaki-maki (saya lupa kata-katanya) dan dibalas mantan suami saya. Oke, tunggu, jadiiiii doi fitnah gue, gitu? Doi bilang gue punya fake account cuma untuk komen di ig doi dan nyindir-nyindir gak jelas, gitu? HELLOOO??? BUAT APAAAAAAAA?!?!!!!!

Mba, di sini saya jelaskan, ya. Hidup saya tidak sesantai itu sampai buang-buang waktu membuat akun palsu hanya untuk mencari tahu kehidupan anda dan kemudian berkomentar langsung di akun media sosial anda. Masih banyak hal bermanfaat yang dapat saya lakukan ketimbang menguras energi dan pikiran hanya untuk berdebat dengan anda. Berpikir positif saja... mungkin yang suka komen di ig mba itu fans berat mba yang sudah tahu “cerita kita”. Jadi, dia kagum sama mba. Hebat lho bisa punya fans. <3

Teman saya yang penasaran pun akhirnya kepo akun ig si NP bersama sepupu saya yang saat itu di Yogyakarta. Setelah mereka selesai melihat, saran mereka hanya ini.
Lo gak perlu lihat, pu. Gak penting, fitnah doang,” kata teman saya.
“Iya, teh, gak usah dilihat. Hiiii jahat isinya,” kata sepupu saya.

Oke fix, karena saya tidak pernah penasaran lagi, saya iyakan saran mereka. Prinsip saya pun, lebih baik tak perlu melihat sesuatu yang menyakiti hati agar hidup lebih damai. Orang lain / teman menjelek-jelekkan lewat media sosial? Unfollow atau block saja daripada ribet.

And then masih ada yang DM saya lagi. Ia mengatakan bahwa ia teman si NP, capture­-nya masih saya simpan tapi maaf saya tidak bisa memperlihatkan nama akunnya. Berikut ini DMnya.


Kenapa saya katakan mereka cocok? Karena pasangan mencerminkan pribadi diri. Ya, tanpa saya jelaskan pun sudah jelas sifat buruk mereka mirip. Setelah baca DM tersebut, ternyata apa yang saya katakan tentang hukum tabur-tuai ternyata terjadi. By the way, setelah dikroscek sama teman saya, nama selingkuhannya bukan Mumu tapi Momo. Buat Mba Momo, tobat mbaaaa jangan mau jadi the next pelakor. Kamu masih muda, masih banyak pria lajang di luaran sana selain mantan suami saya yang sekarang suami si NP. Buat Mba NP, seperti yang telah mantan suami saya katakan saat kami bertengkar dahulu, “Sabar... Ini cobaan buat kita.”

Lanjut lagi, ya, ceritanya... Akhirnya saya pulang ke Jakarta setelah seminggu di Yogyakarta. Saya memang suka iseng nanya ke Lovy tentang banyak hal lalu saya rekam. Salah satunya, saya tanyakan kepada Lovy apa mungkin ia kenal ayah kandungnya? Ia jawab tidak kenal tapi tahu ayahnya di Jogja. Ia selalu bilang, “Ayah kandung aku di Jogja”. Ya, saya kadang cerita bahwa Lovy masih punya ayah kandung meski sepertinya ia masih kurang paham apa itu definisi kata “kandung”. Saya juga sempat beberapa kali memperlihatkan foto ayah kandungnya, sekali lagi Lovy belum mengerti jadi tidak kenal dan tidak hapal wajahnya. Yang perlu diingat, anda (ayah kandung Lovy) telah menelantarkan Lovy sejak umur 5 bulan, jadi jangan pernah salahkan Lovy jika ia benar-benar tidak tahu bagaimana rupa dan sosok ayahnya.

Saat saya iseng merekam Lovy via Insta Story dengan pertanyaan ayahnya dimana dan kenal atau tidak, Lovy dengan jujur berkata ia tidak kenal. Tiba-tiba laki-laki itu mengirimkan pesan ke saya (lagi-lagi) lewat DM instagram. 

Foto di atas sudah menerangkan bahwa jika memang ingin bertemu anak saya, Lovy hanya bisa di rumah bukan di luar. Kita sebagai single parent yang berjuang mati-matian demi anak tanpa sedikit pun mendapat support dari mantan pasangan, kemudian mantan pasangan ingin bertemu anak tapi ia yang menentukan lokasinya? BIG NO! Hargai ketegasan seorang ibu yang membesarkan anak tanpa ayahnya. Saya punya ketentuan. Ketentuan saya, jika ingin bertemu Lovy, hanya di satu tempat, rumah saya. Jika memang ia seorang gentleman dan benar bapak yang baik, ia pasti akan berusaha bertemu anaknya meski banyak rintangan dan persyaratan. Ini persyaratan yang mudah, cukup bertemu di rumah. Dan memang, sampai detik ini ia belum meminta maaf secara langsung kepada saya dan kedua orang tua saya. You’re the real gentleman! Clap your hands...

Yup, as always playing victim. Seakan-akan saya tidak mengijinkan ia bertemu Lovy. Wahai bapak (bukan) pejabat yang (tidak) baik hati, dari saya tinggal di Kulonprogo rumah tante saya bersama Lovy umur 5 bulan, pernahkah anda menengok? Tidak. Selama saya pindah ke Jakarta yang dimana saya tinggal di rumah orang tua saya dan anda tahu pasti letaknya, pernahkah anda datang? Tidak. Jadi, dimana letak saya tidak mengijinkan anda bertemu Lovy? Sedangkan anda tahu pintu rumah saya selalu terbuka. Apa sulitnya datang ketika tahu keberadaan anakmu? Jawabannya cukup mudah:
1.  Takut dimarahi istri baru yang kelewat cemburu karena takut si suami jatuh hati lagi sama  mantan istri.
2.   Takut dimintai uang nafkah yang sedari dulu tak pernah diberikan.
3.   Takut ditagih utang. Yes, doi punya utang ke ibu saya. Padahal ibu saya sudah mengikhlaskan, tapi doi tetap ketakutan ditagih.
4.     Malu dan tidak mau minta maaf atas apa yang pernah ia lakukan kepada saya dan keluarga saya.

So, inilah kesimpulan saya setelah apa yang sudah terjadi terhadap saya dan anak saya selama ini mengenai laki-laki tukang selingkuh:
1.  Tukang bohong / ahli dalam berbohong. Selain ahli berbohong kepada istri, ia pun ahli berbohong kepada selingkuhan. Ia selalu berbohong ke selingkuhan bahwa ia single atau sudah resmi bercerai. (Sekali lagi saya sarankan untuk perempuan-perempuan “lugu” yang kelewat bodoh di luaran sana... Jika lelakimu mengatakan dirinya resmi bercerai, mintalah bukti surat perceraiannya).
2. Lebih mencintai selingkuhan daripada anak. Ini sudah terbukti, bukan? Sudah berapa banyak kasus si ayah tidak menemui anak karena perintah selingkuhannya. Lebih kejam lagi, tak ada sepeser pun nafkah untuk si anak setelah bertemu perempuan lain. (Wahai bapak-bapak yang memiliki anak, anakmu adalah darah dagingmu dan tanggung jawabmu hingga ke akhirat. Meski mantan istri tidak pernah lagi meminta nafkah, anak tetaplah tanggung jawabmu. Apalagi anak perempuan, ia merupakan tanggung jawab seorang bapak sampai anaknya menikah nanti. Untuk para single mom yang sampai detik ini berjuang sendiri menafkahi anak, selalu ingat Tuhan bersama kita. Tidak perlu membalas kekejaman mantan suami karena Tuhan maha melihat apa yang terjadi).
3.   Sama seperti si selingkuhan, ia katakan semua ini takdir. (Takdirkah ketika anakmu kelaparan tak kau beri nafkah hanya karena selingkuhanmu? Takdirkah ketika bahagia barumu adalah merebut kebahagiaan istri dan anakmu? Takdirmu ternyata secetek itu).
4.     Menganggap istrinya ada dan tiada. Ciri-ciri lelaki tukang selingkuh selalu merasa dirinya single dan perjaka saat sudah di luar rumah. Saat di dalam rumah, ia tak hiraukan istrinya. Jika ia anggap ada, ia berpikir istrinya hanya mengganggu kesenangannya dengan perempuan lain maka dari itu suka menganiaya istrinya lewat verbal maupun fisik. (Itu yang saya alami. Jangankan hinaan, cekikan pun pernah saya rasakan saat ia menganggap saya hanya mengganggu aktivitas tidak pentingnya seperti chatting dengan perempuan lain).
5.   Mencari pembenaran, playing victim. Lebih jelasnya tidak mau ia dan selingkuhannya disalahkan, pokoknya istrinya yang salah. Berdalih ia sebagai korban paksa (ceritanya dijodohin sama ortu). Berdalih istrinya tidak bisa jaga suami, kurang cantik, bukan sosok istri baik. Pokoknya istrinya yang salah salah salah. Pasal 1 ia dan selingkuhan selalu benar, istri selalu salah. Pasal 2, jika ia dan selingkuhan salah dan istri yang benar, harap kembali ke pasal 1.
6.     Laki-laki yang kurang bersyukur. Ini kenyataannya bahwa laki-laki tukang selingkuh pasti karena hidupnya kurang bersyukur. Ia yang berdalih selingkuh karena istrinya galak / pelit / kurang cantik berarti ia tidak pernah menerima keadaan istrinya. Seems like ia selalu merasa kurang. Hati-hati laki-laki seperti itu selalu berada di labirin yang sama. Baginya selingkuh merupakan hal yang biasa dan lumrah karena dapat dimaafkan dan dapat diulang kembali. Ia tidak akan merasa puas hanya pada satu wanita, itulah kenyataannya. Jika mau laki-laki seperti itu bertaubat, buatlah dulu ia untuk lebih bersyukur atas apa yang ia miliki.

Untuk kesimpulan yang terakhir, sebetulnya sudah banyak dibahas. Teman saya, Yolanda, menjabarkan bahwa terdapat tiga penyakit laki-laki yang susah / tidak akan sembuh: 1. Judi, 2. Selingkuh, dan 3. KDRT. Saya merasakan dua di antara ketiganya. Betapa sulit menghadapi laki-laki yang telah memiliki penyakit tersebut. Seperti yang saya katakan, ia akan terus berada di labirin yang sama. Dan ternyata terbukti. Setelah saya diselingkuhi dan juga mendapatkan KDRT, pada akhirnya perempuan yang merebut suami saya pun diselingkuhi kembali persis seperti yang saya alami. Namun untuk KDRT, saya tidak tahu apakah penyakit tersebut masih ada atau sudah sembuh pada mantan suami saya.

Seperti itulah kesimpulan saya mengenai perempuan perebut laki (suami) orang dan laki-laki tukang selingkuh atas pengalaman yang pernah saya rasakan. Pesan saya untuk semua korban pelakor / pebinor (laki-laki perebut bini (istri) orang), kita cukup berdoa. Tidak perlu dibalas karena hukum Tuhan dan alam yang nantinya akan membalas semua perbuatan mereka. Jika sekiranya bercerita kepada sesama manusia masih membuat hatimu gundah gulana, berceritalah kepada Tuhan, berkeluh kesahlah kepadaNya. Tuhan maha mendengar dan mengabulkan doa-doa baikmu. Ingat, doa-doa baik, jangan doa-doa buruk, ya...

Bagi perempuan / laki-laki yang saat ini ingin atau akan selingkuh, lebih baik berpikir ulang. Itu bukan takdir tapi godaan setan. Jangan pernah berpikir untuk bahagia di atas penderitaan orang lain karena penderitaan yang telah kamu buat sesungguhnya akan dibalas berkali lipat lebih kejam oleh Tuhan. Banyaklah bersyukur atas istri atau suami yang telah kamu nikahi. Ingat, perselingkuhan layaknya bangkai yang busuk. Meski dikubur sedalam apapun, aromanya akan tetap tercium ke permukaan.

Untuk semua teman-teman yang masih bertanya kepada saya mengapa saya menceritakan apa yang saya alami, jawaban saya... saya hanya ingin berbagi cerita dari pengalaman saya. Lewat cerita, saya berbagi kisah dan pelajaran bahwa harus berhati-hati dalam memilih pasangan dan selalu bersyukur dalam menjalani hidup. Lewat cerita pun saya berdoa untuk semua teman-teman dan keluarga agar tidak merasakan apa yang telah saya rasakan. I share because I care.

Semoga Tuhan selalu melindungi kita dari orang-orang yang akan / mau berbuat jahat. Jangan lagi ada pelakor di antara kita. Salam hangat, Mama dan Lovy.

Sunday, October 1, 2017

Belajar Memaafkan Mantan Selingkuhan Suami

Halo, kali ini saya mau bercerita bagaimana saya menghadapi mantan selingkuhan lain suami saya. Duh, kok banyak banget, yaa selingkuhannya? Iya, saya juga baru tahu justru setelah diambang perceraian.

Saat itu, posisi saya sudah di Jakarta. Di dunia per-SPG-an rokok Jogja sedang heboh berita tentang pacar suami saya (Mba N) yang sedang hamil muda dan bangga telah mendapatkan suami saya (sebut saja E). Yup, saat itu E masih aktif jadi TL salah satu perusahaan rokok dan pacarnya sebagai SPG rokok yang berbeda perusahaan dengannya.

Singkat cerita kenapa saya bisa tahu info tentang suami saya? Karena TIDAK SENGAJA yang merupakan takdir atas izin Allah, teman saya (sebut saja Mas Oke) direkrut jadi TL dan satu tim dengan Mba N. Kok saya masih sebut dia "suami saya"? Karena saat itu di mata hukum memang kami belum resmi berpisah.

Di dalam tim rokok Mas Oke dan Mba N tersebut ada 1 anggota yang ternyata mantan selingkuhan suami saya, dia Mba K. Kuasa Allah memang datang tanpa terduga.. Ya, Mba N malah satu tim dengan mantan selingkuhan suami saya. Di sini saya mau bercerita tentang Mba K, mohon maaf jika Mba K baca tulisan saya ini dan merasa marah. Tenang, saya tidak akan menjelek-jelekkan dirimu. Saya hanya bercerita bagaimana saya akhirnya memaafkan kamu. :)

Mba K saat itu (kata Mas Oke) sangat marah ketika tahu E selingkuh lagi dan kali ini perempuannya hamil. Setiap tidak ada Mba N, Mba K selalu bercerita bahwa ia merasa iba dan kasihan dengan saya. Ia tahu bahwa saya sendirian merawat anak saya jauh dari orang tua. Ia tahu bahwa saya selalu setia menunggu suami saya pulang bekerja tapi suami saya malah berselingkuh. Ia tahu sekali tentang saya. Sangat tahu. Karena ia diceritakan langsung oleh suami saya bagaimana hidup saya "yang merana" di Jogja bersama anak saya. :)

Setiap Mas Oke bercerita kepada saya bagaimana Mba K begitu membela saya, saya hanya bisa jengkel menahan uneg-uneg. Rasanya saya ingin sekali mendatanginya dan berkata, "Wahai Mba K, kenapa baru sekarang mengasihani saya? Dulu, saat kamu asyik berduaan dengan suami saya dan semalaman mencurahkan isi hati terhadap suami saya, kamu tidak kasihan kah? Lupa kah bahwa suami saya ini beristri? Lupa kah anaknya baru 3 bulan dilahirkan?"

Ah, sudahlah... saya pun kapan bisa bertemu dengan Mba K? Rasanya mustahil. Mustahil ia mau menemui saya.

Kemudian saya bercerita kepada Mas Oke siapa itu Mba K. Mas Oke kaget. Saya bilang, saya tidak mengada-ada. Mas Oke masih kaget dan kemudian heran. Ia bilang Mba K yang paling semangat membela saya dan paling benci terhadap Mba N. Mba K lah yang selalu menasehati dan meminta suami saya untuk berhenti selingkuh. Saya katakan, ya mungkin sekarang Mba K sadar... Sadar bahwa suami saya sudah tidak tertarik lagi dengannya dan selingkuh dengan wanita lain.

Sampai akhirnya saya muak dengan kepalsuan Mba K yang selalu membela saya. Saya meminta nomor Mba K lewat Mas Oke. Sayang, Mas Oke tidak memiliki nomornya. Akhirnya saya minta pin bbm Mba K yang dimiliki Mas Oke. Mas Oke mewanti-wanti "Jangan dihubungi dulu, ya. Program rokoknya belum kelar. Nanti akhir bulan kelar baru kamu bisa chat dia. Aku mohon.. biar dia gak bad mood buat kerja." Oke, saya menuruti permintaan Mas Oke.

Saya menunggu akhir bulan dan mempersiapkan kata-kata saat nanti menghubungi Mba K. Akhirnya akhir bulan tiba. Saya coba untuk menambahkan pinnya di bbm milik saya. Tidak berapa lama, Mba K menambahkan saya sebagai temannya.

Saya memulai lebih dulu untuk menyapa.

"Hai, ini Mba K, ya? Saya Syifa."

"Ohiya Mba Syifa, ada apa?"

"Mba K kenal saya, ya? Soalnya saya baru denger tentang Mba K," ucap saya basa-basi.

"Iya, Mba, kenal. Dulu Mas E sering cerita tentang Mba Syifa."

"Ooh sering cerita, kok bisa?"

"Iya, Mba, dulu kan satu tim sama Mas E dan sering ngechat."

Oke, di sini ia berkata jujur.

"Mba K, yakin gak ada hubungan apapun sama suami saya waktu itu?"

"Gak ada, Mba. Ada apa, ya?"

"Mmm soalnya teman-teman SPG cerita tentang Mba K. Dan mereka sudah paham tentang hubungan Mba K dan suami saya."

"Ya ampun, Mba maaf kalau misalnya hubungan saya dan Mas E jadi salah sangka. Kami bener-bener cuma temen aja, sering curhat. Gak ada yang lain."

"Yakin, Mba? Kok saya dengernya beda, ya (emot senyum)"

"Mba Syifa, bener, Mba, saya cuma temen aja."

"Yaudah gapapa, Mba udah berlalu juga. Sekarang suami saya kan selingkuhnya sama yang lain. Cuma saya mau nyaranin aja.. lain kali jangan pernah deket sama suami orang, ya, Mba. Tau gak, Mba? Suami saya sering pulang larut cuma untuk nemenin Mba makan sama anter Mba pulang ke kos. Padahal saat itu saya dan anak saya nunggu di rumah. Selalu cemas, berharap dia pulang cepat tapi dia lebih milih sama Mba (emot senyum)"

Agak berjeda, lama dibalas oleh Mba K.

"Mba Syifa, aku mau peluk Mba Syifa sama Lovy. Maafin aku, ya, Mba.. aku gak tau kalau kedekatanku dengan Mas E buat Mba sakit hati. Aku bener-bener minta maaf ya, Mba. Aku bener-bener nyesel."

"Iya Mba, gapapa. Kan udah berlalu juga. Aku maafin kok. (emot senyum)"

"Makasih ya, Mba Syifa."

"Iya, Mba cuma lain kali jangan diulang lagi ya, Mba. Cukup saya aja yang ngerasain digituin sama suami sendiri." 


Kemudian chat pun berlanjut yang akhirnya Mba K membahas Mba N yang sekarang selingkuhan suami saya. Mba K juga cerita tentang kehamilan Mba N yang ia rasa benar. Ya, saya merasa saat itu ia ada di pihak saya karena merasa bersalah dan kasihan. 

Mungkin kalau saya jahat, saya masih dendam dengan Mba K. Bagi saya, dendam tidak ada untungnya malah hanya buat hati saya makin gelisah. Saya memaafkannya. :)

Dengan rasa menyesal yang ia ungkapkan kepada saya itu sudah cukup.

Perlahan-lahan ia pun mulai ingin berteman dengan saya dengan mengikuti media sosial yang saya miliki. Bagi saya itu tidak masalah. Bukan, bukan saya mencari dukungan dari dia agar membenci Mba N. Saya hanya sedang belajar menerima...

Menerima bahwa cerita tentang perselingkuhannya dengan suami saya itu sudah berakhir. Menerima bahwa kini saya sudah mulai terbiasa mengetahui satu persatu selingkuhan suami saya. Dan kemudian memaafkan mereka.

Teman-teman yang mungkin senasib dengan saya, diselingkuhi kemudian bercerai... Mulailah untuk memaafkan semua selingkuhan mantan suamimu. Allah maha baik menjaga kita dari laki-laki yang tidak baik. Bersyukurlah bahwa kita diberi cobaan menjadi salah satu orang terdzalimi. Karena sesungguhnya Allah selalu berpihak kepada orang-orang yang didzalimi.

Ketika kamu tidur nanti, sebelum memejamkan mata cobalah untuk memaafkan mereka yang membuatmu bersedih dan sakit hati. Niscaya harimu esok akan jauh lebih bahagia.

Monday, March 27, 2017

Ups, Sorry Mbaknya Saya Labrak


Halo, saya ingin berbagi cerita bagaimana akhirnya saya tahu selingkuhan-selingkuhan suami saya dan cara saya menghadapi mereka. Sebelumnya saya sudah pernah bercerita secara ringkas tentang salah satu selingkuhan suami saya. Nah, sekarang saya bercerita kembali sembari membeberkan cara saya menghadapinya. Sejujurnya saya hanyalah manusia biasa yang lebih sering mengeluarkan emosi dan uneg-uneg saya secara langsung. Anehnya, saya menghadapi “mereka” jauh lebih sabar dari biasanya.
Hari itu sebenarnya bukan hari pertama saya mengetahui pacar baru suami saya. Sudah sering teman saya bernama Kak P menceritakan tentang perempuan itu, namun saya masih menunggu waktu yang pas untuk menghubungi perempuan itu. Ternyata, teman-teman kuliah saya pun banyak yang sudah tahu dan akhirnya mereka memperlihatkan bukti capture bagaimana suami saya membagikan momen mesra bersama selingkuhannya di akun path miliknya. Ya, kami tidak berteman di path setelah pisah ranjang.
Di bulan ketiga saya dan suami saya pisah ranjang, saya memberanikan diri meminta pin bbm perempuan itu ke Mba Nia yang merupakan teman saya kala jadi SPG dulu. Saya tanya baik-baik apakah ia kenal dengan wanita yang saya maksud. Ia jawab kenal. Saya pun meminta untuk diberikan pin bbmnya. Mba Nia tidak bertanya, ia langsung memberikannya. Kenapa memasuki bulan ketiga? Karena terhitung di bulan tersebut suami saya sudah tiga bulan tidak menafkahi saya dan anak saya. Di sinilah cerita itu dimulai...
Saya mengganti nama pin bbm menjadi Ranika SPG/Usher/Model kemudian saya add pin bbm perempuan itu. Kenapa saya mengganti nama ada embel-embel SPGnya? Karena perempuan ini saat itu bekerja menjadi SPG Rokok di Jogja dan ia pernah satu tim dengan suami saya. Saya membuat embel-embel SPG pun agar ia mudah untuk accept pin bbm saya. Sudah saya duga, tidak berapa lama ia accept. Dan mulailah saya chat dia.
Halo, ini mba N**** P***** ya?
Ia membalas. Ini siapa ya?
Langsung saya kirimi foto Lovy yang sedang tertawa. “Halo mba,kenalin ini Lovy anaknya erik. Makasih ya mba berkat mba anak saya tidak pernah sekalipun dinafkahi. Makasih lho mba selalu minta ditransferin suami saya. Oh iya, erik pacar mba itu masih SAH jadi suami saya.
Ini balasan perempuan itu yang masih saya simpan.


Dan saya balas. Oh ya? Saya punya bukti lho mba kalo mba suka ditransferin sama suami saya, masih gamau ngaku? Saya heran ada perempuan setega mba yang bahkan bukan menyakiti sesama perempuan saja tapi juga mengambil hak nafkah anak saya.
Nah ini bukti kalau perempuan itu memang ditransfer. Chat ini dari Kak P yang saat itu satu tim di perusahaan rokok bersama suami saya.


Dia hanya membaca chat saya. Saya mulai lagi menulis chat. Nah sekarang mba tau kan saya masih jadi istri sahnya? Mbanya kalo mau sama suami saya boleh kok pas saya sudah resmi cerai. Mba harusnya mikir, anak saya aja gak dinafkahin apa kabar nanti sama anak mba? Hati-hati lho mba, mba bisa merasakan apa yg saya rasakan.
Kemudian seterusnya saya menceramahinya yang hanya ia baca. Tak berapa lama suami saya mengirimkan pesan ke saya seperti ini.


Ohiya kenapa suami saya bisa bilang “Bilang kuliah tp ga punya otak?” Karena sejujurnya dia putus kuliah saat semester 2 dan saya paksa untuk kuliah lagi setelah menikah dengan saya... LUAR BIASA SUSAHNYA! Iya, dia lebih milih bekerja sebagai TL rokok yang dikelilingi wanita-wanita cantik ketimbang mengenyam bangku kuliah demi masa depan. Teman-teman saya juga bilang bahwa selingkuhan suami saya adalah salah satu SPG yang satu tim dengan suami saya. Wanita itu menjadi SPG karena ingin mencari uang sendiri dan sebagai pelarian karena merasa kurang kasih sayang setelah perceraian kedua orang tuanya. Oke, I see... Ternyata ia “korban” perceraian namun ia tidak belajar untuk menghargai Lovy, anak saya yang saat itu orang tuanya akan bercerai.
Setelah suami saya menulis pesan seperti itu, saya pun kembali menulis chat kepada perempuan itu. Cie mbanya ngadu sama suami saya. Selamat lho mba, suami saya mengakui mba itu pacarnya. Alhamdulillah saya dapat bukti untuk ke pengadilan bahwa suami saya memang berselingkuh. Allah itu baik banget ya mba? Ngasih bukti segampang ini. Tenang mba, setelah saya resmi bercerai mbanya bisa kok puas-puasin bergumul dengan suami saya. Semoga mbanya bahagia ya. Love you.
Saya sudahi percakapan saya dengan perempuan itu yang no respon tapi tetap dibaca. Di sini saya berbagi cara untuk menghadapi selingkuhan suami saya:
1.      Saya berkata dengan sopan karena dengan begitu saya menunjukkan kepada selingkuhan suami saya bahwa saya berpendidikan dan tidak asal memaki-maki dia.
2.      Saya tidak menulis dengan emosi, saya beristigfar saat saya marah membaca pesan dari suami saya tapi tidak membalas ke perempuan itu dengan makian. Ya, meski saya membalas pesan suami saya dengan tawa yang panjang seperti meledeknya kemudian di akhir kalimat saya berterima kasih telah memberikan bukti nyata perselingkuhannya, lantas saya tidak berkata-kata kasar kepada perempuan itu.
3.      Saya membuat perempuan itu tertekan dengan kata-kata sok bijak saya. Seems like dia akan berpikir “Hellowwww, lo nyeramahin gue mentang-mentang gue selingkuhan suami lo?” hihi seneng deh!
Selang satu bulan setelah kejadian mencekam tersebut (baca: chat dengan selingkuhan suami) saya mendapatkan mimpi bahwa perempuan itu hamil. Saya bercerita kepada tante saya tentang mimpi aneh yang baru saja terjadi. Tante saya bilang mungkin memang benar.
Saya pun kembali mengirimkan pesan chat kepada perempuan itu (benar sekali, perempuan itu tidak menghapus kontak saya). Mba, saya mimpi mba hamil dan dihamili suami saya lhoooo wow!
No respon hanya dibaca. Saya chat kembali. Lovy nungging-nungging lho mbaaaa berarti sebentar lagi Lovy punya adek tiri. Eh bener kan ya adek tiri? Mbanya gak mau ngeresmiin dulu gitu? Hahaha
No respon hanya dibaca. Ya ampun, saya usil banget ya? Sejujurnya saya senang lho menggoda perempuan itu hihihi. Lovy memang lagi hobi nungging-nungging. Tante saya bilang mungkin mimpi saya benar. Ah meski saya guyon, saya juga merasa bodo amat meski perempuan itu hamil. Saya malah pengen ngomong “Syukurinnnn dihamilin suami orang” karena saya sudah MUAK dengan gaya terang-terangan mereka yang semakin menjadi-jadi.
Saat itu bulan November 2015 dimana saya sudah menyelesaikan sidang skripsi saya yang Alhamdulillah mendapatkan nilai bagus. Teman saya bernama Kak C tiba-tiba menghubungi saya via chat. Awalnya sekadar basa-basi menanyakan kabar kemudian ia pun melontarkan maksud menghubungi saya. Ia bilang bahwa suami saya menghamili perempuan itu. Ia juga bilang kemungkinan bulan Januari mereka akan menikah.
Saya bercerita padanya bahwa saya sudah mengetahui tentang kehamilan perempuan itu dari mimpi. Saya juga bercerita bahwa saya sudah melabrak wanita itu lewat bbm. Kak C hanya bisa takjub dengan perkataan saya. Ia bilang kok bisa gitu ya? Kamu tau info bahkan dari mimpi. Saya jawab di sini ya, Kak. Itulah Kak dahsyatnya Allah SWT yang sangat sayang terhadap hambanya yang terdzolimi. Bahkan tanpa perlu saya bertanya kepada teman-teman saya, saya sudah mendapatkan jawaban pasti.
Kak C juga mengatakan bahwa ia applause karena saya sangat berani melabrak perempuan tidak tahu diri itu. Ternyata Kak C sudah sangat muak dengan perempuan itu. Ia lah orang yang membujuk perempuan itu untuk putus dengan suami saya. Ia bilang ke perempuan itu bahwa saya masih istri sahnya. Sayang, Kak C tidak cukup berani mengatakan kejujuran tentang perselingkuhan suami saya kepada saya. Kak C juga menawarkan untuk menemani saya menemui bapak dari perempuan itu. Kak C mengetahui rumah perempuan itu dengan pasti. Namun saya menolak, saya katakan padanya bahwa saya tidak mau membuat diri saya semakin lelah. Saya hanya mau hidup bahagia dengan anak saya. Biarlah perempuan itu menelan apa yang sudah terjadi dan biar Allah yang membalasnya.
“Rasa gembira” saya mengetahui tentang kebenaran mimpi saya tersebut, saya tuangkan di status bbm. Tidak berapa lama Mba D menghubungi saya via bbm. Ia mengatakan memang benar bahwa suami saya sudah menghamili perempuan itu. Berita tersebut sudah tersebar di kalangan SPG rokok. Kemudian Mba D mulai bercerita tentang sesuatu yang selama ini ia tutupi. Di sinilah akhirnya saya tahu bahwa suami saya telah berselingkuh cukup lama, bahkan saat saya hamil.
Mba D bercerita dulu ada SPG bernama Anita yang berasal dari Jakarta. Ia merupakan SPG tarikan yang dibawa dari Jakarta untuk bekerja di Jogja. Awalnya Anita adalah SPG yang dipegang suami saya sebagai TLnya. Mba D merupakan teman dekat Anita. Anita sudah tahu bahwa suami saya telah menikah dan saya sedang mengandung anak, sayang hati nurani Anita sudah ditutupi awan panas. Ia lebih bergelora untuk bercinta dengan suami saya tanpa memikirkan saya di rumah yang menunggu kepulangan suami saya.
Mereka "bergumul" ketika jam pulang kantor. Suami saya menyempatkan diri mengantar Anita ke kosnya sembari “mencicipi” tubuhnya. Miris memang saya baru tahu hal itu setelah sekian lama. Pantas saja saat saya hamil, suami saya setiap jam 6 pagi semangat berangkat bekerja namun ia selalu pulang telat. Seharusnya jam 6 sore sudah sampai rumah, namun seringkali jam 3 pagi baru sampai rumah. Saya tanya baik-baik, saya dimarahinya bahkan pernah ditendang dan juga dicekik. Iya, saat itu saya sedang hamil muda. Ternyata... Anita penyebabnya. Suami saya tega melukai perasaan saya yang menunggunya berjam-jam dan juga tega menganiaya saya hanya karena seorang perempuan bernama Anita.
Mba D bercerita kembali bahwa setelah beberapa bulan singkat mereka "bergumul", Anita hamil. Anita panik luar biasa karena setelah ia melaporkan kehamilannya ke suami saya, suami saya hanya berkata “Aku gak mungkin nikahin kamu. Kan kamu tau istriku lagi hamil.” JEGER!!! Bagai tersambar petir, Anita merasa depresi. Ia mencoba kuat meski akhirnya jalan pintaslah yang ia pilih. Ia menggugurkan kandungannya yang ia bilang “Demi Mba Syifa” hahaha lucu. Demi saya? Kenapa anda tidak memikirkan perasaan saya jauuuuh sebelum anda bergumul dengan suami saya?
Mba D juga bercerita, setelah ia menggugurkan kandungannya, suami saya bersikap 180 derajat terhadap Anita. Ia pura-pura tidak kenal jika melihatnya bahkan meminta Anita untuk tidak satu tim dengannya lagi. Ia juga berkata “Baguslah” saat Anita telah menggugurkan kandungannya. Ya, mantan suami saya sekejam itu.
Anita yang merasa depresi pun akhirnya memilih untuk pulang ke ibu kota menemui kekasihnya. Ia menghapus semua kontak teman-temannya di Jogja termasuk suami saya. Bahkan Mba D pun kini tidak memiliki kontak bbm atau media sosial Anita.
Saya marah. Saya kesal luar biasa. Kenapa baru sekarang saya mengetahuinya? Jika saya tahu saat saya hamil dulu, saya akan mengambil jalur hukum dan saya pun akan menceraikan suami saya saat itu juga. Pantas saja saat hamil dulu, saya seringkali dianiaya oleh suami saya. Ternyata sebabnya karena suami saya berselingkuh dengan banyak wanita (nanti akan saya ceritakan selingkuhannya yang lain). Sering kali saya menangis saat hamil atas sikap dan perlakuan suami saya. Ketika saya menangis, saya hanya bisa mencurahkan kepada anak saya di dalam kandungan. Saya sangat takut untuk bercerita ke orang tua saya.
Tentang Anita, saya bertanya kepada Mba D apakah Mba Nia tahu? Ia bilang semua orang di kantor tahu termasuk Mba Nia. Astagfirullahalazim... bahkan Mba Nia kenal saya jauh sebelum saya kenal suami saya, tapi kenapa ia tega menyembunyikan bangkai tersebut? Lain halnya dengan Mba D, saya baru mengenalnya beberapa bulan, jadi saat kejadian Anita, saya sama sekali tidak mengenal Mba D. Saya beranikan diri untuk menghubungi Mba Nia via chat. Saya tanya baik-baik tentang semua yang diceritakan Mba D. Mba Nia pun akhirnya mengakui bahwa memang ia mengetahui semuanya. Beginilah yang ia katakan mengapa ia tidak memberi tahu saya.
Dek, aku perempuan dan kamu perempuan. Jika aku di posisimu pasti aku gak kuat. Aku menutupi semuanya karena aku gak mau kamu jadi sakit. Saat itu kamu lagi hamil muda, aku takut kamu keguguran. Maafin aku yang gak mau cerita tentang Anita. Aku salah.
Sebenarnya saya terima jawaban dari Mba Nia namun hati ini masih marah. Saya katakan kepadanya bahwa saya wanita kuat. Jika saja ia memberi tahu, saya akan mengambil tindakan. Saya katakan padanya bahwa saya selalu berkata jujur kepada Mba Nia bahkan saat dulu suami Mba Nia SELINGKUH dengan SPG rokok, saya lah yang membeberkan dan saya lah yang menguatkannya. Ia berdalih dengan mengatakan bahwa ia tak mau saya bercerai dengan suami saya. Ia juga mengatakan bahwa masalah itu sudah lama sekali dan tidak perlu diungkit kembali. Di sini saya marah. Saya katakan padanya bangkai yang disimpan akhirnya akan tercium juga. Perceraian yang tak ia inginkan pun akhirnya terjadi juga.
Ia pun meminta maaf tapi sayang ia malah memarahi Mba D karena membeberkan semuanya. Saya chat Mba Nia kembali, saya bilang Mba D sungguh luar biasa baik dan ia tidak salah. Justru kenapa Mba Nia yang menyembunyikan sekian lama. Ia meminta saya untuk case closed tentang Anita. Ya, saya menurutinya. Saya katakan biarlah Anita mendapatkan balasan dari Allah tanpa saya harus membalasnya.
Hhh... bangkai tetaplah bangkai yang berbau busuk meski disimpan rapat agar tak tercium baunya. Sayang, meski sedalam apapun bangkai disimpan, baunya tetap akan terendus ke permukaan. Seperti itulah perselingkuhan. Perselingkuhan seperti bangkai yang busuk dan bau. Meski ditutupi sekian lama, perselingkuhan pada akhirnya akan ketahuan juga. Ntah si laki-laki atau si perempuan yang tidak sengaja membuka aib perselingkuhan mereka atau malah salah satu dari mereka yang lelah menutupi hubungan terlarangnya dan segera ingin go public.
So, siapapun yang berpikir untuk berselingkuh dengan suami/istri orang, siap-siap kalian akan mendapatkan balasan dari yang kuasa dan juga siap-siap melihat kesuksesan dari orang yang kalian sakiti. Percayalah, Allah SWT selalu berpihak kepada hambanya yang terdzolimi.