Akhir-akhir ini banyak sekali cerita
tentang pelakor alias perempuan
perebut laki (suami) orang. Semua cerita yang viral tersebut ternyata jauh
lebih mengerikan dari apa yang saya alami. Kadang, saya pun geram dan ikut
berkomentar saat cerita-cerita tersebut muncul di permukaan. Geram karena sudah
merasakan bagaimana kejamnya perempuan yang tidak memiliki belas kasih dan
dengan ”pintarnya” memutar-balikkan fakta
atas apa yang sudah terjadi. So,
sesuai judulnya, saya akan bercerita lewat pengalaman saya bagaimana isi hati
para perempuan pelakor dan laki-laki
tukang selingkuh.
Saat itu 22 Oktober 2016, pas hari
ulang tahun Lovy yang kedua. Tiba-tiba ada yang mengirimkan pesan di direct message instagram Lovy. Betapa
kaget saat saya tahu siapa yang mengirimkan pesan tersebut. Ia mengucapkan selamat
ulang tahun kepada anak saya dan tak lupa mengucapkan kata-kata maaf karena
belum juga bisa menemui Lovy sampai detik itu. Sudah bisa ditebak, kan, siapa orang tersebut?
Saya balas. “Kemana saja anda?” dan
saya lanjutkan bahwa Lovy bahagia meski tidak mendapatkan kasih sayang ayahnya
dan tak sepeser pun mendapatkan nafkah. Lucunya ia malah memberikan nomor handphone dan meminta saya menyebutkan
nomor rekening, tanpa mengatakan ia akan menemui Lovy.
Saya marah. Saat itu saya kalut. Saya
kira saya sudah lupa bahwa Lovy memiliki ayah. Teryata orang tersebut yang
kembali mengingatkan saya. Saya merasa hari itu sungguh bahagia. Dari pagi
hingga malam tak hentinya saya ucapkan selamat ulang tahun kepada anak saya.
Dan tak lupa, saya berikan kado stroller
yang selama ini kami impikan untuk memilikinya. Rasanya hari bahagia tersebut
dihancurkan oleh satu ucapan tak bermakna dari seorang ayah yang pura-pura
merasa bersalah.
Seketika itu juga saya lihat
instagram laki-laki itu. Saya lihat, betapa “bahagia” dirinya karena telah
lahir anak kesekiannya (kan anaknya
banyak karena tidak tahu sudah berapa anak yang tidak jadi dilahirkan oleh
selingkuhan-selingkuhannya). Saya komen seluruh fotonya dan foto-foto instagram
NP (perempuan itu) dengan memberi selamat atas kelahiran “ADIK BARU” Lovy. Saya
katakan jangan lupa untuk menjenguk Lovy dan meminta maaf atas perbuatan mereka
kepada Lovy.
Malam itu sepertinya semua rasa sakit
yang tertumpuk yang telah saya kubur dalam-dalam, dibongkar paksa dan akhirnya muncul
kembali ke permukaan. Betapa sakit hati saya mengingat kembali apa yang telah
terjadi. Tepat di umur Lovy 2 tahun ia muncul meski hanya lewat media sosial.
Jika dihitung, berarti sudah 1 tahun 7 bulan Lovy ditinggalkan. Dan kini,
mereka bahagia di atas penderitaan Lovy. Tanpa kasih maupun sayang. Tanpa nafkah
lahir maupun batin. Tanpa sosok ayah di sampingnya. Mungkin saya sudah melupakan
penderitaan yang saya alami, tapi saya selalu ingat penderitaan yang anak saya hadapi.
Ya, saya benar-benar kalut malam itu.
Saya marah, kesal, semuanya jadi satu. Saya menangis sekencang-kencangnya. Lovy
hanya melihat saya dari kasur. Saya tepuk dada keras-keras sambil terus berkata “Ya Allah,
hati ini sakit.” Lovy mungkin bingung sampai akhirnya ia tertidur dengan
sendirinya tanpa meminta susu, tanpa berkata sepatah kata. Ia seperti mengerti
bahwa malam itu Mamanya sedang menjadi pesakitan. Ia seperti membiarkan Mamanya
menangis keras mengeluarkan semua uneg-unegnya selama ini. Malam itu, akhirnya
saya lega setelah mengeluarkan tangisan panjang yang selama ini saya pendam.
Besoknya, saya sudah reda dan mencoba
menghubungi mantan suami saya lewat sms ke nomor yang ia kasih. Hasilnya?
Nihil. Nomornya langsung tidak terhubung, saudara-saudara! Jadi, dari hari itu
pun saya tidak pernah lagi mendengar kabar buruk, eh, bahagia mereka. Kecuali
teman-teman saya yang kadang suka keceplosan cerita tentang mereka. +____+
***
Di tahun 2017, saya makin aktif
membagikan momen kebersamaan saya bersama Lovy lewat foto-foto di instagram
saya @fdysyf dan instagram anak saya @itslovy. Tiba-tiba ada satu akun batita
yang follow kedua ig tersebut.
Kemudian akun tersebut memberikan like ke
beberapa foto saya dan foto Lovy. Saya
tidak hiraukan. Saya pikir mungkin orang random lagi kepo karena memang instagram kami tidak dikunci. Sampai akhirnya
saya tidak sengaja notice karena nama
akun tersebut agak sok kebulean. Klik. Oemji
kepencet. Dannnn jeng jeng jeng ternyata itu akun anak (kesekiannya) mantan
suami saya dengan si NP. Saya cuek. Kalau kata Dyasti, “Oh, mungkin doi lagi
cek-cek ombak ngeliat kita yang dikepoin ini bahagia apa gak”. So, saya diamkan.
Mau lihat saya sedih? Duh, sudah cerita lama, mba-masnyahhh.
Pada akhirnya saya sebal juga. Ntah
laki-laki itu atau si NP yang suka like foto
saya dan anak saya, saya memberanikan diri untuk mengirim pesan ke akun anak
mereka dan akun laki-laki itu. Saya katakan bahwa tidak sepantasnya mereka kepo. Kalau memang ingin melihat Lovy,
saya persilahkan untuk datang. Bila memang ingin meminta maaf kepada saya, akan
saya maafkan jika mereka datang ke rumah saya. Toh, sampai hari ini rumah saya tidak pindah dan laki-laki itu tahu
dimana rumah saya. Saat itu bulan puasa, saya pun berkata bahwa pintu maaf
sesunguhnya terbuka lebar apalagi sebentar lagi lebaran.
Akun laki-laki itu dan anaknya
sama-sama membalas dengan kata-kata yang sama bahwa mereka akan datang saat
lebaran besok. But, saat malam tiba,
ada lagi balasan dari akun anak mereka yang kali ini FIX si NP yang bales. Sebelumnya mohon maaf pesannya sudah terhapus
dan tidak sempat saya capture. Kurang
lebih seperti ini.
Saat itu ia membalas pesan saya dari
akun anaknya, ia katakan bahwa saya tak perlu lagi menghubungi suaminya karena
mereka sudah bahagia. Saya tegaskan, saya hanya meyambung silaturahmi antara
anak dan ayahnya karena sampai detik ini anak saya sama sekali tidak ditengok
oleh ayahnya dan sudah pasti ada kaitannya dengan dia (NP). NP jelas marah, ia
memutar balikkan fakta justru saya yang mempersulit suaminya bertemu Lovy, anak
saya. Dengan kata-kata sombongnya ia berujar bahwa suaminya mengucapkan ulang
tahun yang kedua buat Lovy, saya marah. Di atas saya sudah jelaskan mengapa
saya marah, saya katakan pula kepadanya bahwa memang saya marah namun ada sebab
dan IA TAHU JAWABANNYA. Dan dengan kata-kata sok manisnya ia mengucapkan ingin
sekali bertemu dan akrab dengan Lovy. HELL
NO!! Cukup suami saya yang mba ambil, jangan anak saya. Bahkan nafkah pun
tak mba ijinkan untuk diberikan ke anak saya. Mau akrab? Yang ada anak saya ditelantarkan
saat bersama kalian!! Memang lucu. Begitulah perempuan perebut laki (suami)
orang, dengan mudahnya ia membuat cerita baru yang tentunya tak ingin ia yang
disalahkan. Ingin menjadi “ibu peri” untuk anak selingkuhannya? Kalian percaya?
Saya sih tidak. J
Saya terangkan padanya masih dengan
kata-kata halus dan mudah dicerna bahwa suaminya – yang merupakan mantan suami
saya – tahu betul keberadaan anak saya, lalu apa sulitnya untuk datang?
Perempuan itu menampik. Ia bilang tak mungkin suaminya ke rumah saya menemui Lovy
karena orang tua saya membenci suaminya. Saya jelaskan kembali kepadanya
(masih) dengan kata-kata yang baik. Saya katakan Tuhan saja maha pemaaf, jika
memang laki-laki itu dengan tulus meminta maaf kepada kami pasti akan kami
maafkan. Dan di sini saya tegaskan kembali bahwa saya hanya ingin anak saya
ditengok langsung oleh ayah kandungnya agar ia tidak lupa bagaimana rupa dan sosok
ayahnya. Saya juga tambahkan bahwa sampai Lovy menikah nanti, Lovy masih
menjadi tanggung jawab ayah kandungnya.
Perempuan itu menampik kembali, ia
bilang semua itu hanya akal-akalan saya untuk bertemu mantan suami saya. Ia
bahkan mengatakan “Gak usah mimpi,
mba untuk kembali dengan mas e*** karena kami sudah bahagia!” Lho, saya membacanya malah geli. Saya
tegaskan padanya, jangankan cinta, rasa suka pun sudah tidak ada. Saya jelaskan
lagi secara gamblang hakikatnya tidak ada mantan anak, bagaimana pun Lovy tetap
anak kandung dari mantan suami saya. Ia semakin menampik dan sepertinya
ketakutan sekali. Ia malah membicarakan hal lain, balasannya pun malah membawa
nama teman dekat saya yang sering mengajak jalan saya dan Lovy. Dengan
kata-kata kurang baik, ia menuduh saya yang berselingkuh dengan teman dekat
saya saat saya masih jadi istri suaminya. MBA, BAHKAN MBA NIKAH SAMA SUAMI SAYA
SAAT SAYA BELUM RESMI BERCERAI (duh, maaf capslock
kepencet). Ia pun menyarankan – masih dengan kata-kata kurang baik – bahwa saya
harus segera menikah dengan teman dekat saya dibanding mengganggu rumah
tangganya.
Halo mba cantik yang dari dulu
memisahkan Lovy dan ayahnya, saya beritahu, ya... Menikah itu tidak semudah
kamu menghancurkan rumah tangga orang lain tanpa berpikir panjang. Menikah itu
tidak semudah kamu tidur dengan suami orang tanpa memikirkan perasaan istri
sahnya. Dan bagi saya yang pernah gagal dalam pernikahan, sudah seharusnya saya
berpikir matang-matang untuk menikah kembali. Saya harus lebih dahulu menerima
keadaannya dan ia menerima keadaan saya. Bukan karena sebuah cinta buta apalagi
cinta terlarang seperti yang mba dan mantan suami saya lakukan.
Teman saya menasihati, sudah cukup
saya membalas pesan perempuan itu yang otaknya tak mampu menyerap apa arti
“anak kandung yang masih tanggung jawab seorang ayah”. Teman saya bilang,
biasanya perempuan seperti itu tak akan pernah mau kalah dalam berdebat tentang
kepemilikan apa yang sudah ia rebut. Layaknya anak kecil yang mencuri permen
namun tak mau mengaku, hingga akhirnya ia menangis kencang dan tetap mengatakan
ia tak mencurinya tapi tetap menggenggam permen curiannya.
Ya, teman saya benar. Balasan pesan
yang ia kirim kepada saya hanya berisi bahwa saya jangan pernah lagi
menghubungi mantan suami saya meski itu tentang Lovy, tentang hak lahir dan
batin Lovy.
Pada akhirnya, ini kesimpulan saya
atas isi hati perempuan perebut laki (suami) orang tersebut:
1. Tidak akan pernah merasa bersalah
karena ia yang merasa ditypu oleh si lelaki
karena lelakinya mengatakan sudah resmi bercerai. (Duh, mba, medsos banyak mbok dikepoin dulu si “calon” biar tak tertifu atau minta bukti surat cerainya).
2. Playing victim,
setelah mengikrarkan bahwa ia ditipu oleh lelakinya tapi tetap mau dinikahi, ia
akan merasa menjadi korban karena kisah perselingkuhannya diviralkan. (Wahai
mba yang cantique, kalau saya tega, ketika
kalian ketawan selingkuh kemudian menikah saat kami belum bercerai, saya bisa
bawa mba dan suami saya ke pengadilan. Tapi saya pikir, buat apa buang-buang
tenaga dan waktu? Karena saya tahu Allah tidak tidur. Saya tidak bisa membalas,
tapi saya yakin balasan dari Allah akan melebihi ekspetasi saya).
3. Berpikir semua kesalahannya adalah
sebuah takdir. Takdir ia menjadi selingkuhan (mantan) suami saya. Takdir
(mantan) suami saya bercinta dengannya. Takdir (mantan) suami saya menikah lagi
dengannya meski kami belum resmi bercerai. Takdir sampai detik ini suaminya
tidak pernah menemui dan memberikan nafkah kepada anak kandung dari mantan
istrinya. (Mba, habis kata-kata saya tentang teori takdir yang anda agungkan
sekiranya hanya tentang pertemuan seorang perempuan dan suami orang lewat
hubungan perselingkuhan).
4. Menyalahkan istri sah / mantan istri.
Ini yang sering dikumandangkan oleh perempuan pelakor. Sombongnya pelakor
adalah selalu memberikan sumpah serapah dengan kata-kata “Makanya jaga suami
kamu baik-baik” dan “Makanya dandan, tampil cantik di rumah biar suami gak jelalatan”
atau “Makanya jago masak, jago mijit biar suami gak jajan” (Maha benar wahai perempuan perebut laki (suami) orang.
Jangan sombong. Kesombonganmu yang kelak akan menghancurkanmu).
5. Takut si lelaki kembali ke mantan
istri. Ia yang dengan bangganya mengatakan, “Lagian gak bisa jagain suami” akan ketulah dengan kata-katanya sendiri. Ia
terlalu takut si lelaki kembali mengenang masa-masa indah bersama mantan istri
dan anak yang lelakinya terlantarkan. Takut si lelaki diam-diam menemui mantan
istri dan anaknya. Takut si lelakinya jatuh hati lagi setelah menemui mantan
istrinya.
6. Takut menjadi korban berikutnya dari
aksi perselingkuhan si lelaki. Mungkin dalam doa para pelakor selalu terselip
“Ya Tuhan, meki sebelumnya suami saya tukang selingkuh dan saya merebutnya
hasil selingkuh, saya mohooooon buat suami saya tidak berpaling dari saya.”
Memang, dalam islam tidak ada yang namanya karma, tapi yang saya tahu selalu
ada hukum tabur-tuai. Kejahatan apa yang telah kamu perbuat, hasilnya akan kamu
petik di kemudian hari.
***
Setelah saya bahas tentang isi hati
perempuan perebut laki (suami) orang, waktunya saya membahas isi hati laki-laki
tukang selingkuh. Anyway, setelah
perempuan itu berkoar-koar di DM instagram. Waktunya si lelaki yang berkoar.
Berikut ini yang ia katakan.
Tak lama setelah saya tidak membalas,
ada lagi balasan yang masuk namun dari laki-laki itu. Intinya ia berjanji bahwa
ia akan datang lebaran nanti menemui Lovy tapi saya tidak perlu lagi
menyalahkan NP. Ia katakan bahwa istrinya tidak pernah bersalah dan bahwa
perpisahan saya dan dia adalah takdir. Takdir? Oh ya, semudah itu memang orang
yang telah berbuat kejahatan lalu mengatakan semua yang ia lakukan adalah
takdir meski telah menyakiti banyak pihak.
Teori-teori omong kosong pun tak lupa
ia tulis di dalam pesan. Kata-kata bijak ia sisipkan. Sama halnya seperti “Tong
kosong nyaring bunyinya”, begitulah isi pesan yang laki-laki itu balas.
Menggunakan teori yang satu pun tak ia jalankan. Omong kosong. Intinya saya
tidak perlu lagi mencari ia karena ia yang akan datang menemui Lovy, anak saya.
Berbalas pesan pun ditutup dengan janji dari laki-laki itu bahwa lebaran nanti
akan datang ke rumah orang tua saya untuk menemui Lovy.
Setelah berbalas pesan melalui DM
instagram, tahu apa yang terjadi? Mereka tidak pernah datang. Saya kesal. Saya
sempat ancam akan laporkan lelaki itu ke KPAI, namun akhirnya saya urungkan.
Lagi-lagi saya berpikir untuk apa membuang tenaga dan waktu saya? Lebih baik
saya lupakan dan kemudian bahagia bersama Lovy.
Cerita masih berlanjut. Bulan
November 2017, saya dan Lovy berkunjung ke Yogyakarta untuk berlibur. Kami
menginap di rumah teman saya. Sepertinya mereka berdua mengetahui kabar bahwa
kami ke Yogyakarta. Yang lucunya, laki-laki itu memberikan like di foto gambar gaun pengantin yang saya kenakan saat dahulu
menikah. Foto itu memang sengaja tidak saya hapus karena gambarnya bagus.
Selain saya menyukainya, saya menghargai teman saya yang menggambarnya. Jadi,
saya tidak menghapus foto tersebut bukan karena saya masih kepikiran mantan
suami saya. Jangan GE’ER anda!
Mungkin karena ulah “jahil” laki-laki
itu memberikan like, si perempuan
marah-marah. Pada akhirnya, saya jadi “korban” pertengkaran mereka yang
notabene SAYA SUDAH TIDAK ADA URUSAN. Oemjehhhhh!
Saat saya sedang makan bersama teman
saya, terdapat pesan masuk di DM instagram saya. Seseorang yang saya kenal
lewat instagram karena sering sharing
berbagai cerita, sebut saja Mba Baik. Mba ini tiba-tiba menanyakan kepada saya
apakah saya follow akun si NP. Saya
katakan tidak, bahkan saya block
akunnya. Ia menyarankan agar tidak perlu kepo
instagram si NP karena saat ini ia sedang memaki saya lewat insta story. Saya bingung. Oh, positif
saja... mungkin si NP lagi haid dan ingin marah-marah kemudian melampiaskan ke
saya. No problem, suka-suka anda.
Tidak sampai di situ. Keesokan
harinya, saya bersama teman saya jalan-jalan keliling Yogyakarta. Sekali lagi,
tiba-tiba teman saya yang lain mengirim pesan lewat DM memperlihatkan capture si NP yang mengatai saya. Di capture tersebut, NP memperlihatkan ada
seseorang dengan akun palsu yang komen di instagramnya. Komen tersebut
menyindir si NP bahwa kebahagiaan ia selama ini adalah hasil merampas dari apa
yang orang lain punya. Kemudian si NP membalas dengan memaki-maki (saya lupa
kata-katanya) dan dibalas mantan suami saya. Oke, tunggu, jadiiiii doi fitnah gue, gitu? Doi bilang gue punya fake account cuma untuk komen di ig doi dan nyindir-nyindir gak
jelas, gitu? HELLOOO??? BUAT
APAAAAAAAA?!?!!!!!
Mba, di sini saya jelaskan, ya. Hidup
saya tidak sesantai itu sampai buang-buang waktu membuat akun palsu hanya untuk
mencari tahu kehidupan anda dan kemudian berkomentar langsung di akun media
sosial anda. Masih banyak hal bermanfaat yang dapat saya lakukan ketimbang
menguras energi dan pikiran hanya untuk berdebat dengan anda. Berpikir positif
saja... mungkin yang suka komen di ig mba itu fans berat mba yang sudah tahu “cerita
kita”. Jadi, dia kagum sama mba.
Hebat lho bisa punya fans. <3
Teman saya yang penasaran pun akhirnya
kepo akun ig si NP bersama sepupu
saya yang saat itu di Yogyakarta. Setelah mereka selesai melihat, saran mereka
hanya ini.
“Lo
gak perlu lihat, pu. Gak penting, fitnah doang,” kata teman saya.
“Iya, teh, gak usah dilihat. Hiiii jahat isinya,” kata sepupu saya.
Oke fix, karena saya tidak pernah penasaran lagi, saya iyakan saran
mereka. Prinsip saya pun, lebih baik tak perlu melihat sesuatu yang menyakiti
hati agar hidup lebih damai. Orang lain / teman menjelek-jelekkan lewat media
sosial? Unfollow atau block saja daripada ribet.
And then masih
ada yang DM saya lagi. Ia mengatakan bahwa ia teman si NP, captureÂ-nya masih saya simpan
tapi maaf saya tidak bisa memperlihatkan nama akunnya. Berikut ini DMnya.
Kenapa saya katakan mereka cocok?
Karena pasangan mencerminkan pribadi diri. Ya, tanpa saya jelaskan pun sudah
jelas sifat buruk mereka mirip. Setelah baca DM tersebut, ternyata apa yang saya katakan tentang hukum
tabur-tuai ternyata terjadi. By the way,
setelah dikroscek sama teman saya, nama selingkuhannya bukan Mumu tapi Momo.
Buat Mba Momo, tobat mbaaaa jangan mau jadi the
next pelakor. Kamu masih muda, masih banyak pria lajang di luaran sana
selain mantan suami saya yang sekarang suami si NP. Buat Mba NP, seperti yang
telah mantan suami saya katakan saat kami bertengkar dahulu, “Sabar... Ini
cobaan buat kita.”
Lanjut lagi, ya, ceritanya...
Akhirnya saya pulang ke Jakarta setelah seminggu di Yogyakarta. Saya memang
suka iseng nanya ke Lovy tentang banyak hal lalu saya rekam. Salah satunya,
saya tanyakan kepada Lovy apa mungkin ia kenal ayah kandungnya? Ia jawab tidak
kenal tapi tahu ayahnya di Jogja. Ia selalu bilang, “Ayah kandung aku di
Jogja”. Ya, saya kadang cerita bahwa Lovy masih punya ayah kandung meski
sepertinya ia masih kurang paham apa itu definisi kata “kandung”. Saya juga
sempat beberapa kali memperlihatkan foto ayah kandungnya, sekali lagi Lovy
belum mengerti jadi tidak kenal dan tidak hapal wajahnya. Yang perlu diingat,
anda (ayah kandung Lovy) telah menelantarkan Lovy sejak umur 5 bulan, jadi
jangan pernah salahkan Lovy jika ia benar-benar tidak tahu bagaimana rupa dan
sosok ayahnya.
Saat saya iseng merekam Lovy via Insta Story dengan pertanyaan ayahnya
dimana dan kenal atau tidak, Lovy dengan jujur berkata ia tidak kenal. Tiba-tiba
laki-laki itu mengirimkan pesan ke saya (lagi-lagi) lewat DM instagram.
Foto di atas sudah menerangkan bahwa
jika memang ingin bertemu anak saya, Lovy hanya bisa di rumah bukan di luar.
Kita sebagai single parent yang
berjuang mati-matian demi anak tanpa sedikit pun mendapat support dari mantan pasangan, kemudian mantan pasangan ingin
bertemu anak tapi ia yang menentukan lokasinya? BIG NO! Hargai ketegasan seorang ibu yang membesarkan anak tanpa
ayahnya. Saya punya ketentuan. Ketentuan saya, jika ingin bertemu Lovy, hanya
di satu tempat, rumah saya. Jika memang ia seorang gentleman dan benar bapak yang baik, ia pasti akan berusaha bertemu
anaknya meski banyak rintangan dan persyaratan. Ini persyaratan yang mudah,
cukup bertemu di rumah. Dan memang, sampai detik ini ia belum meminta maaf
secara langsung kepada saya dan kedua orang tua saya. You’re the real gentleman! Clap your hands...
Yup, as always playing victim. Seakan-akan saya tidak mengijinkan ia bertemu Lovy. Wahai
bapak (bukan) pejabat yang (tidak) baik hati, dari saya tinggal di Kulonprogo
rumah tante saya bersama Lovy umur 5 bulan, pernahkah anda menengok? Tidak.
Selama saya pindah ke Jakarta yang dimana saya tinggal di rumah orang tua saya
dan anda tahu pasti letaknya, pernahkah anda datang? Tidak. Jadi, dimana letak
saya tidak mengijinkan anda bertemu Lovy? Sedangkan anda tahu pintu rumah saya
selalu terbuka. Apa sulitnya datang ketika tahu keberadaan anakmu? Jawabannya
cukup mudah:
1. Takut dimarahi istri baru yang
kelewat cemburu karena takut si suami jatuh hati lagi sama mantan istri.
2. Takut dimintai uang nafkah yang
sedari dulu tak pernah diberikan.
3. Takut ditagih utang. Yes, doi punya utang ke ibu saya.
Padahal ibu saya sudah mengikhlaskan, tapi doi tetap ketakutan ditagih.
4. Malu dan tidak mau minta maaf atas
apa yang pernah ia lakukan kepada saya dan keluarga saya.
So, inilah
kesimpulan saya setelah apa yang sudah terjadi terhadap saya dan anak saya
selama ini mengenai laki-laki tukang selingkuh:
1. Tukang bohong / ahli dalam berbohong.
Selain ahli berbohong kepada istri, ia pun ahli berbohong kepada selingkuhan. Ia
selalu berbohong ke selingkuhan bahwa ia single
atau sudah resmi bercerai. (Sekali lagi saya sarankan untuk perempuan-perempuan
“lugu” yang kelewat bodoh di luaran sana... Jika lelakimu mengatakan dirinya
resmi bercerai, mintalah bukti surat perceraiannya).
2. Lebih mencintai selingkuhan daripada
anak. Ini sudah terbukti, bukan? Sudah berapa banyak kasus si ayah tidak
menemui anak karena perintah selingkuhannya. Lebih kejam lagi, tak ada sepeser
pun nafkah untuk si anak setelah bertemu perempuan lain. (Wahai bapak-bapak
yang memiliki anak, anakmu adalah darah dagingmu dan tanggung jawabmu hingga ke
akhirat. Meski mantan istri tidak pernah lagi meminta nafkah, anak tetaplah
tanggung jawabmu. Apalagi anak perempuan, ia merupakan tanggung jawab seorang
bapak sampai anaknya menikah nanti. Untuk para single mom yang sampai detik ini berjuang sendiri menafkahi anak,
selalu ingat Tuhan bersama kita. Tidak perlu membalas kekejaman mantan suami karena
Tuhan maha melihat apa yang terjadi).
3. Sama seperti si selingkuhan, ia
katakan semua ini takdir. (Takdirkah ketika anakmu kelaparan tak kau beri
nafkah hanya karena selingkuhanmu? Takdirkah ketika bahagia barumu adalah
merebut kebahagiaan istri dan anakmu? Takdirmu ternyata secetek itu).
4. Menganggap istrinya ada dan tiada. Ciri-ciri
lelaki tukang selingkuh selalu merasa dirinya single dan perjaka saat sudah di luar rumah. Saat di dalam rumah,
ia tak hiraukan istrinya. Jika ia anggap ada, ia berpikir istrinya hanya
mengganggu kesenangannya dengan perempuan lain maka dari itu suka menganiaya
istrinya lewat verbal maupun fisik. (Itu yang saya alami. Jangankan hinaan,
cekikan pun pernah saya rasakan saat ia menganggap saya hanya mengganggu
aktivitas tidak pentingnya seperti chatting
dengan perempuan lain).
5. Mencari pembenaran, playing victim. Lebih jelasnya tidak mau
ia dan selingkuhannya disalahkan, pokoknya istrinya yang salah. Berdalih ia
sebagai korban paksa (ceritanya dijodohin sama ortu). Berdalih istrinya tidak
bisa jaga suami, kurang cantik, bukan sosok istri baik. Pokoknya istrinya yang
salah salah salah. Pasal 1 ia dan selingkuhan selalu benar, istri selalu salah.
Pasal 2, jika ia dan selingkuhan salah dan istri yang benar, harap kembali ke
pasal 1.
6. Laki-laki yang kurang bersyukur. Ini
kenyataannya bahwa laki-laki tukang selingkuh pasti karena hidupnya kurang
bersyukur. Ia yang berdalih selingkuh karena istrinya galak / pelit / kurang
cantik berarti ia tidak pernah menerima keadaan istrinya. Seems like ia selalu merasa kurang. Hati-hati laki-laki seperti itu
selalu berada di labirin yang sama. Baginya selingkuh merupakan hal yang biasa
dan lumrah karena dapat dimaafkan dan dapat diulang kembali. Ia tidak akan
merasa puas hanya pada satu wanita, itulah kenyataannya. Jika mau laki-laki
seperti itu bertaubat, buatlah dulu ia untuk lebih bersyukur atas apa yang ia
miliki.
Untuk kesimpulan yang terakhir, sebetulnya
sudah banyak dibahas. Teman saya, Yolanda, menjabarkan bahwa terdapat tiga penyakit
laki-laki yang susah / tidak akan sembuh: 1. Judi, 2. Selingkuh, dan 3. KDRT. Saya
merasakan dua di antara ketiganya. Betapa sulit menghadapi laki-laki yang telah
memiliki penyakit tersebut. Seperti yang saya katakan, ia akan terus berada di
labirin yang sama. Dan ternyata terbukti. Setelah saya diselingkuhi dan juga
mendapatkan KDRT, pada akhirnya perempuan yang merebut suami saya pun
diselingkuhi kembali persis seperti yang saya alami. Namun untuk KDRT, saya
tidak tahu apakah penyakit tersebut masih ada atau sudah sembuh pada mantan
suami saya.
Seperti itulah kesimpulan saya mengenai perempuan perebut
laki (suami) orang dan laki-laki tukang selingkuh atas pengalaman yang pernah
saya rasakan. Pesan saya untuk semua korban pelakor
/ pebinor (laki-laki perebut bini
(istri) orang), kita cukup berdoa. Tidak perlu dibalas karena hukum Tuhan dan
alam yang nantinya akan membalas semua perbuatan mereka. Jika sekiranya
bercerita kepada sesama manusia masih membuat hatimu gundah gulana,
berceritalah kepada Tuhan, berkeluh kesahlah kepadaNya. Tuhan maha mendengar
dan mengabulkan doa-doa baikmu. Ingat, doa-doa baik, jangan doa-doa buruk,
ya...
Bagi perempuan / laki-laki yang saat ini ingin atau akan
selingkuh, lebih baik berpikir ulang. Itu bukan takdir tapi godaan setan.
Jangan pernah berpikir untuk bahagia di atas penderitaan orang lain karena penderitaan
yang telah kamu buat sesungguhnya akan dibalas berkali lipat lebih kejam oleh
Tuhan. Banyaklah bersyukur atas istri atau suami yang telah kamu nikahi. Ingat,
perselingkuhan layaknya bangkai yang busuk. Meski dikubur sedalam apapun,
aromanya akan tetap tercium ke permukaan.
Untuk semua teman-teman yang masih bertanya kepada saya
mengapa saya menceritakan apa yang saya alami, jawaban saya... saya hanya ingin
berbagi cerita dari pengalaman saya. Lewat cerita, saya berbagi kisah dan
pelajaran bahwa harus berhati-hati dalam memilih pasangan dan selalu bersyukur
dalam menjalani hidup. Lewat cerita pun saya berdoa untuk semua teman-teman
dan keluarga agar tidak merasakan apa yang telah saya rasakan. I share because I care.
Semoga Tuhan selalu melindungi kita dari orang-orang yang
akan / mau berbuat jahat. Jangan lagi ada pelakor
di antara kita. Salam hangat, Mama dan Lovy.