Sunday, February 11, 2018

Apa sih Isi Hati Pelakor dan Suami Tukang Selingkuh?

Akhir-akhir ini banyak sekali cerita tentang pelakor alias perempuan perebut laki (suami) orang. Semua cerita yang viral tersebut ternyata jauh lebih mengerikan dari apa yang saya alami. Kadang, saya pun geram dan ikut berkomentar saat cerita-cerita tersebut muncul di permukaan. Geram karena sudah merasakan bagaimana kejamnya perempuan yang tidak memiliki belas kasih dan dengan ”pintarnya” memutar-balikkan fakta atas apa yang sudah terjadi. So, sesuai judulnya, saya akan bercerita lewat pengalaman saya bagaimana isi hati para perempuan pelakor dan laki-laki tukang selingkuh.

Saat itu 22 Oktober 2016, pas hari ulang tahun Lovy yang kedua. Tiba-tiba ada yang mengirimkan pesan di direct message instagram Lovy. Betapa kaget saat saya tahu siapa yang mengirimkan pesan tersebut. Ia mengucapkan selamat ulang tahun kepada anak saya dan tak lupa mengucapkan kata-kata maaf karena belum juga bisa menemui Lovy sampai detik itu. Sudah bisa ditebak, kan, siapa orang tersebut?

Saya balas. “Kemana saja anda?” dan saya lanjutkan bahwa Lovy bahagia meski tidak mendapatkan kasih sayang ayahnya dan tak sepeser pun mendapatkan nafkah. Lucunya ia malah memberikan nomor handphone dan meminta saya menyebutkan nomor rekening, tanpa mengatakan ia akan menemui Lovy.

Saya marah. Saat itu saya kalut. Saya kira saya sudah lupa bahwa Lovy memiliki ayah. Teryata orang tersebut yang kembali mengingatkan saya. Saya merasa hari itu sungguh bahagia. Dari pagi hingga malam tak hentinya saya ucapkan selamat ulang tahun kepada anak saya. Dan tak lupa, saya berikan kado stroller yang selama ini kami impikan untuk memilikinya. Rasanya hari bahagia tersebut dihancurkan oleh satu ucapan tak bermakna dari seorang ayah yang pura-pura merasa bersalah.

Seketika itu juga saya lihat instagram laki-laki itu. Saya lihat, betapa “bahagia” dirinya karena telah lahir anak kesekiannya (kan anaknya banyak karena tidak tahu sudah berapa anak yang tidak jadi dilahirkan oleh selingkuhan-selingkuhannya). Saya komen seluruh fotonya dan foto-foto instagram NP (perempuan itu) dengan memberi selamat atas kelahiran “ADIK BARU” Lovy. Saya katakan jangan lupa untuk menjenguk Lovy dan meminta maaf atas perbuatan mereka kepada Lovy.

Malam itu sepertinya semua rasa sakit yang tertumpuk yang telah saya kubur dalam-dalam, dibongkar paksa dan akhirnya muncul kembali ke permukaan. Betapa sakit hati saya mengingat kembali apa yang telah terjadi. Tepat di umur Lovy 2 tahun ia muncul meski hanya lewat media sosial. Jika dihitung, berarti sudah 1 tahun 7 bulan Lovy ditinggalkan. Dan kini, mereka bahagia di atas penderitaan Lovy. Tanpa kasih maupun sayang. Tanpa nafkah lahir maupun batin. Tanpa sosok ayah di sampingnya. Mungkin saya sudah melupakan penderitaan yang saya alami, tapi saya selalu ingat penderitaan yang anak saya hadapi.

Ya, saya benar-benar kalut malam itu. Saya marah, kesal, semuanya jadi satu. Saya menangis sekencang-kencangnya. Lovy hanya melihat saya dari kasur. Saya tepuk dada  keras-keras sambil terus berkata “Ya Allah, hati ini sakit.” Lovy mungkin bingung sampai akhirnya ia tertidur dengan sendirinya tanpa meminta susu, tanpa berkata sepatah kata. Ia seperti mengerti bahwa malam itu Mamanya sedang menjadi pesakitan. Ia seperti membiarkan Mamanya menangis keras mengeluarkan semua uneg-unegnya selama ini. Malam itu, akhirnya saya lega setelah mengeluarkan tangisan panjang yang selama ini saya pendam.

Besoknya, saya sudah reda dan mencoba menghubungi mantan suami saya lewat sms ke nomor yang ia kasih. Hasilnya? Nihil. Nomornya langsung tidak terhubung, saudara-saudara! Jadi, dari hari itu pun saya tidak pernah lagi mendengar kabar buruk, eh, bahagia mereka. Kecuali teman-teman saya yang kadang suka keceplosan cerita tentang mereka. +____+


***

Di tahun 2017, saya makin aktif membagikan momen kebersamaan saya bersama Lovy lewat foto-foto di instagram saya @fdysyf dan instagram anak saya @itslovy. Tiba-tiba ada satu akun batita yang follow kedua ig tersebut. Kemudian akun tersebut memberikan like ke beberapa foto saya dan foto Lovy. Saya tidak hiraukan. Saya pikir mungkin orang random lagi kepo karena memang instagram kami tidak dikunci. Sampai akhirnya saya tidak sengaja notice karena nama akun tersebut agak sok kebulean. Klik. Oemji kepencet. Dannnn jeng jeng jeng ternyata itu akun anak (kesekiannya) mantan suami saya dengan si NP. Saya cuek. Kalau kata Dyasti, “Oh, mungkin doi lagi cek-cek ombak ngeliat kita yang dikepoin ini bahagia apa gak”. So, saya diamkan. Mau lihat saya sedih? Duh, sudah cerita lama, mba-masnyahhh.

Pada akhirnya saya sebal juga. Ntah laki-laki itu atau si NP yang suka like foto saya dan anak saya, saya memberanikan diri untuk mengirim pesan ke akun anak mereka dan akun laki-laki itu. Saya katakan bahwa tidak sepantasnya mereka kepo. Kalau memang ingin melihat Lovy, saya persilahkan untuk datang. Bila memang ingin meminta maaf kepada saya, akan saya maafkan jika mereka datang ke rumah saya. Toh, sampai hari ini rumah saya tidak pindah dan laki-laki itu tahu dimana rumah saya. Saat itu bulan puasa, saya pun berkata bahwa pintu maaf sesunguhnya terbuka lebar apalagi sebentar lagi lebaran.

Akun laki-laki itu dan anaknya sama-sama membalas dengan kata-kata yang sama bahwa mereka akan datang saat lebaran besok. But, saat malam tiba, ada lagi balasan dari akun anak mereka yang kali ini FIX si NP yang bales. Sebelumnya mohon maaf pesannya sudah terhapus dan tidak sempat saya capture. Kurang lebih seperti ini.

Saat itu ia membalas pesan saya dari akun anaknya, ia katakan bahwa saya tak perlu lagi menghubungi suaminya karena mereka sudah bahagia. Saya tegaskan, saya hanya meyambung silaturahmi antara anak dan ayahnya karena sampai detik ini anak saya sama sekali tidak ditengok oleh ayahnya dan sudah pasti ada kaitannya dengan dia (NP). NP jelas marah, ia memutar balikkan fakta justru saya yang mempersulit suaminya bertemu Lovy, anak saya. Dengan kata-kata sombongnya ia berujar bahwa suaminya mengucapkan ulang tahun yang kedua buat Lovy, saya marah. Di atas saya sudah jelaskan mengapa saya marah, saya katakan pula kepadanya bahwa memang saya marah namun ada sebab dan IA TAHU JAWABANNYA. Dan dengan kata-kata sok manisnya ia mengucapkan ingin sekali bertemu dan akrab dengan Lovy. HELL NO!! Cukup suami saya yang mba ambil, jangan anak saya. Bahkan nafkah pun tak mba ijinkan untuk diberikan ke anak saya. Mau akrab? Yang ada anak saya ditelantarkan saat bersama kalian!! Memang lucu. Begitulah perempuan perebut laki (suami) orang, dengan mudahnya ia membuat cerita baru yang tentunya tak ingin ia yang disalahkan. Ingin menjadi “ibu peri” untuk anak selingkuhannya? Kalian percaya? Saya sih tidak. J

Saya terangkan padanya masih dengan kata-kata halus dan mudah dicerna bahwa suaminya – yang merupakan mantan suami saya – tahu betul keberadaan anak saya, lalu apa sulitnya untuk datang? Perempuan itu menampik. Ia bilang tak mungkin suaminya ke rumah saya menemui Lovy karena orang tua saya membenci suaminya. Saya jelaskan kembali kepadanya (masih) dengan kata-kata yang baik. Saya katakan Tuhan saja maha pemaaf, jika memang laki-laki itu dengan tulus meminta maaf kepada kami pasti akan kami maafkan. Dan di sini saya tegaskan kembali bahwa saya hanya ingin anak saya ditengok langsung oleh ayah kandungnya agar ia tidak lupa bagaimana rupa dan sosok ayahnya. Saya juga tambahkan bahwa sampai Lovy menikah nanti, Lovy masih menjadi tanggung jawab ayah kandungnya.

Perempuan itu menampik kembali, ia bilang semua itu hanya akal-akalan saya untuk bertemu mantan suami saya. Ia bahkan mengatakan “Gak usah mimpi, mba untuk kembali dengan mas e*** karena kami sudah bahagia!” Lho, saya membacanya malah geli. Saya tegaskan padanya, jangankan cinta, rasa suka pun sudah tidak ada. Saya jelaskan lagi secara gamblang hakikatnya tidak ada mantan anak, bagaimana pun Lovy tetap anak kandung dari mantan suami saya. Ia semakin menampik dan sepertinya ketakutan sekali. Ia malah membicarakan hal lain, balasannya pun malah membawa nama teman dekat saya yang sering mengajak jalan saya dan Lovy. Dengan kata-kata kurang baik, ia menuduh saya yang berselingkuh dengan teman dekat saya saat saya masih jadi istri suaminya. MBA, BAHKAN MBA NIKAH SAMA SUAMI SAYA SAAT SAYA BELUM RESMI BERCERAI (duh, maaf capslock kepencet). Ia pun menyarankan – masih dengan kata-kata kurang baik – bahwa saya harus segera menikah dengan teman dekat saya dibanding mengganggu rumah tangganya.

Halo mba cantik yang dari dulu memisahkan Lovy dan ayahnya, saya beritahu, ya... Menikah itu tidak semudah kamu menghancurkan rumah tangga orang lain tanpa berpikir panjang. Menikah itu tidak semudah kamu tidur dengan suami orang tanpa memikirkan perasaan istri sahnya. Dan bagi saya yang pernah gagal dalam pernikahan, sudah seharusnya saya berpikir matang-matang untuk menikah kembali. Saya harus lebih dahulu menerima keadaannya dan ia menerima keadaan saya. Bukan karena sebuah cinta buta apalagi cinta terlarang seperti yang mba dan mantan suami saya lakukan.

Teman saya menasihati, sudah cukup saya membalas pesan perempuan itu yang otaknya tak mampu menyerap apa arti “anak kandung yang masih tanggung jawab seorang ayah”. Teman saya bilang, biasanya perempuan seperti itu tak akan pernah mau kalah dalam berdebat tentang kepemilikan apa yang sudah ia rebut. Layaknya anak kecil yang mencuri permen namun tak mau mengaku, hingga akhirnya ia menangis kencang dan tetap mengatakan ia tak mencurinya tapi tetap menggenggam permen curiannya.

Ya, teman saya benar. Balasan pesan yang ia kirim kepada saya hanya berisi bahwa saya jangan pernah lagi menghubungi mantan suami saya meski itu tentang Lovy, tentang hak lahir dan batin Lovy.

Pada akhirnya, ini kesimpulan saya atas isi hati perempuan perebut laki (suami) orang tersebut:
1.  Tidak akan pernah merasa bersalah karena ia yang merasa ditypu oleh si lelaki karena lelakinya mengatakan sudah resmi bercerai. (Duh, mba, medsos banyak mbok dikepoin dulu si “calon” biar tak tertifu atau minta bukti surat cerainya).
2.  Playing victim, setelah mengikrarkan bahwa ia ditipu oleh lelakinya tapi tetap mau dinikahi, ia akan merasa menjadi korban karena kisah perselingkuhannya diviralkan. (Wahai mba yang cantique, kalau saya tega, ketika kalian ketawan selingkuh kemudian menikah saat kami belum bercerai, saya bisa bawa mba dan suami saya ke pengadilan. Tapi saya pikir, buat apa buang-buang tenaga dan waktu? Karena saya tahu Allah tidak tidur. Saya tidak bisa membalas, tapi saya yakin balasan dari Allah akan melebihi ekspetasi saya).
3. Berpikir semua kesalahannya adalah sebuah takdir. Takdir ia menjadi selingkuhan (mantan) suami saya. Takdir (mantan) suami saya bercinta dengannya. Takdir (mantan) suami saya menikah lagi dengannya meski kami belum resmi bercerai. Takdir sampai detik ini suaminya tidak pernah menemui dan memberikan nafkah kepada anak kandung dari mantan istrinya. (Mba, habis kata-kata saya tentang teori takdir yang anda agungkan sekiranya hanya tentang pertemuan seorang perempuan dan suami orang lewat hubungan perselingkuhan).
4. Menyalahkan istri sah / mantan istri. Ini yang sering dikumandangkan oleh perempuan pelakor. Sombongnya pelakor adalah selalu memberikan sumpah serapah dengan kata-kata “Makanya jaga suami kamu baik-baik” dan “Makanya dandan, tampil cantik di rumah biar suami gak jelalatan” atau “Makanya jago masak, jago mijit biar suami gak jajan” (Maha benar wahai perempuan perebut laki (suami) orang. Jangan sombong. Kesombonganmu yang kelak akan menghancurkanmu).
5.   Takut si lelaki kembali ke mantan istri. Ia yang dengan bangganya mengatakan, “Lagian gak bisa jagain suami” akan ketulah dengan kata-katanya sendiri. Ia terlalu takut si lelaki kembali mengenang masa-masa indah bersama mantan istri dan anak yang lelakinya terlantarkan. Takut si lelaki diam-diam menemui mantan istri dan anaknya. Takut si lelakinya jatuh hati lagi setelah menemui mantan istrinya.
6.   Takut menjadi korban berikutnya dari aksi perselingkuhan si lelaki. Mungkin dalam doa para pelakor selalu terselip “Ya Tuhan, meki sebelumnya suami saya tukang selingkuh dan saya merebutnya hasil selingkuh, saya mohooooon buat suami saya tidak berpaling dari saya.” Memang, dalam islam tidak ada yang namanya karma, tapi yang saya tahu selalu ada hukum tabur-tuai. Kejahatan apa yang telah kamu perbuat, hasilnya akan kamu petik di kemudian hari.


***

Setelah saya bahas tentang isi hati perempuan perebut laki (suami) orang, waktunya saya membahas isi hati laki-laki tukang selingkuh. Anyway, setelah perempuan itu berkoar-koar di DM instagram. Waktunya si lelaki yang berkoar. Berikut ini yang ia katakan.

Tak lama setelah saya tidak membalas, ada lagi balasan yang masuk namun dari laki-laki itu. Intinya ia berjanji bahwa ia akan datang lebaran nanti menemui Lovy tapi saya tidak perlu lagi menyalahkan NP. Ia katakan bahwa istrinya tidak pernah bersalah dan bahwa perpisahan saya dan dia adalah takdir. Takdir? Oh ya, semudah itu memang orang yang telah berbuat kejahatan lalu mengatakan semua yang ia lakukan adalah takdir meski telah menyakiti banyak pihak.

Teori-teori omong kosong pun tak lupa ia tulis di dalam pesan. Kata-kata bijak ia sisipkan. Sama halnya seperti “Tong kosong nyaring bunyinya”, begitulah isi pesan yang laki-laki itu balas. Menggunakan teori yang satu pun tak ia jalankan. Omong kosong. Intinya saya tidak perlu lagi mencari ia karena ia yang akan datang menemui Lovy, anak saya. Berbalas pesan pun ditutup dengan janji dari laki-laki itu bahwa lebaran nanti akan datang ke rumah orang tua saya untuk menemui Lovy.

Setelah berbalas pesan melalui DM instagram, tahu apa yang terjadi? Mereka tidak pernah datang. Saya kesal. Saya sempat ancam akan laporkan lelaki itu ke KPAI, namun akhirnya saya urungkan. Lagi-lagi saya berpikir untuk apa membuang tenaga dan waktu saya? Lebih baik saya lupakan dan kemudian bahagia bersama Lovy.

Cerita masih berlanjut. Bulan November 2017, saya dan Lovy berkunjung ke Yogyakarta untuk berlibur. Kami menginap di rumah teman saya. Sepertinya mereka berdua mengetahui kabar bahwa kami ke Yogyakarta. Yang lucunya, laki-laki itu memberikan like di foto gambar gaun pengantin yang saya kenakan saat dahulu menikah. Foto itu memang sengaja tidak saya hapus karena gambarnya bagus. Selain saya menyukainya, saya menghargai teman saya yang menggambarnya. Jadi, saya tidak menghapus foto tersebut bukan karena saya masih kepikiran mantan suami saya. Jangan GE’ER anda!

Mungkin karena ulah “jahil” laki-laki itu memberikan like, si perempuan marah-marah. Pada akhirnya, saya jadi “korban” pertengkaran mereka yang notabene SAYA SUDAH TIDAK ADA URUSAN. Oemjehhhhh!

Saat saya sedang makan bersama teman saya, terdapat pesan masuk di DM instagram saya. Seseorang yang saya kenal lewat instagram karena sering sharing berbagai cerita, sebut saja Mba Baik. Mba ini tiba-tiba menanyakan kepada saya apakah saya follow akun si NP. Saya katakan tidak, bahkan saya block akunnya. Ia menyarankan agar tidak perlu kepo instagram si NP karena saat ini ia sedang memaki saya lewat insta story. Saya bingung. Oh, positif saja... mungkin si NP lagi haid dan ingin marah-marah kemudian melampiaskan ke saya. No problem, suka-suka anda.

Tidak sampai di situ. Keesokan harinya, saya bersama teman saya jalan-jalan keliling Yogyakarta. Sekali lagi, tiba-tiba teman saya yang lain mengirim pesan lewat DM memperlihatkan capture si NP yang mengatai saya. Di capture tersebut, NP memperlihatkan ada seseorang dengan akun palsu yang komen di instagramnya. Komen tersebut menyindir si NP bahwa kebahagiaan ia selama ini adalah hasil merampas dari apa yang orang lain punya. Kemudian si NP membalas dengan memaki-maki (saya lupa kata-katanya) dan dibalas mantan suami saya. Oke, tunggu, jadiiiii doi fitnah gue, gitu? Doi bilang gue punya fake account cuma untuk komen di ig doi dan nyindir-nyindir gak jelas, gitu? HELLOOO??? BUAT APAAAAAAAA?!?!!!!!

Mba, di sini saya jelaskan, ya. Hidup saya tidak sesantai itu sampai buang-buang waktu membuat akun palsu hanya untuk mencari tahu kehidupan anda dan kemudian berkomentar langsung di akun media sosial anda. Masih banyak hal bermanfaat yang dapat saya lakukan ketimbang menguras energi dan pikiran hanya untuk berdebat dengan anda. Berpikir positif saja... mungkin yang suka komen di ig mba itu fans berat mba yang sudah tahu “cerita kita”. Jadi, dia kagum sama mba. Hebat lho bisa punya fans. <3

Teman saya yang penasaran pun akhirnya kepo akun ig si NP bersama sepupu saya yang saat itu di Yogyakarta. Setelah mereka selesai melihat, saran mereka hanya ini.
“Lo gak perlu lihat, pu. Gak penting, fitnah doang,” kata teman saya.
“Iya, teh, gak usah dilihat. Hiiii jahat isinya,” kata sepupu saya.

Oke fix, karena saya tidak pernah penasaran lagi, saya iyakan saran mereka. Prinsip saya pun, lebih baik tak perlu melihat sesuatu yang menyakiti hati agar hidup lebih damai. Orang lain / teman menjelek-jelekkan lewat media sosial? Unfollow atau block saja daripada ribet.

And then masih ada yang DM saya lagi. Ia mengatakan bahwa ia teman si NP, capture­-nya masih saya simpan tapi maaf saya tidak bisa memperlihatkan nama akunnya. Berikut ini DMnya.


Kenapa saya katakan mereka cocok? Karena pasangan mencerminkan pribadi diri. Ya, tanpa saya jelaskan pun sudah jelas sifat buruk mereka mirip. Setelah baca DM tersebut, ternyata apa yang saya katakan tentang hukum tabur-tuai ternyata terjadi. By the way, setelah dikroscek sama teman saya, nama selingkuhannya bukan Mumu tapi Momo. Buat Mba Momo, tobat mbaaaa jangan mau jadi the next pelakor. Kamu masih muda, masih banyak pria lajang di luaran sana selain mantan suami saya yang sekarang suami si NP. Buat Mba NP, seperti yang telah mantan suami saya katakan saat kami bertengkar dahulu, “Sabar... Ini cobaan buat kita.”

Lanjut lagi, ya, ceritanya... Akhirnya saya pulang ke Jakarta setelah seminggu di Yogyakarta. Saya memang suka iseng nanya ke Lovy tentang banyak hal lalu saya rekam. Salah satunya, saya tanyakan kepada Lovy apa mungkin ia kenal ayah kandungnya? Ia jawab tidak kenal tapi tahu ayahnya di Jogja. Ia selalu bilang, “Ayah kandung aku di Jogja”. Ya, saya kadang cerita bahwa Lovy masih punya ayah kandung meski sepertinya ia masih kurang paham apa itu definisi kata “kandung”. Saya juga sempat beberapa kali memperlihatkan foto ayah kandungnya, sekali lagi Lovy belum mengerti jadi tidak kenal dan tidak hapal wajahnya. Yang perlu diingat, anda (ayah kandung Lovy) telah menelantarkan Lovy sejak umur 5 bulan, jadi jangan pernah salahkan Lovy jika ia benar-benar tidak tahu bagaimana rupa dan sosok ayahnya.

Saat saya iseng merekam Lovy via Insta Story dengan pertanyaan ayahnya dimana dan kenal atau tidak, Lovy dengan jujur berkata ia tidak kenal. Tiba-tiba laki-laki itu mengirimkan pesan ke saya (lagi-lagi) lewat DM instagram. 

Foto di atas sudah menerangkan bahwa jika memang ingin bertemu anak saya, Lovy hanya bisa di rumah bukan di luar. Kita sebagai single parent yang berjuang mati-matian demi anak tanpa sedikit pun mendapat support dari mantan pasangan, kemudian mantan pasangan ingin bertemu anak tapi ia yang menentukan lokasinya? BIG NO! Hargai ketegasan seorang ibu yang membesarkan anak tanpa ayahnya. Saya punya ketentuan. Ketentuan saya, jika ingin bertemu Lovy, hanya di satu tempat, rumah saya. Jika memang ia seorang gentleman dan benar bapak yang baik, ia pasti akan berusaha bertemu anaknya meski banyak rintangan dan persyaratan. Ini persyaratan yang mudah, cukup bertemu di rumah. Dan memang, sampai detik ini ia belum meminta maaf secara langsung kepada saya dan kedua orang tua saya. You’re the real gentleman! Clap your hands...

Yup, as always playing victim. Seakan-akan saya tidak mengijinkan ia bertemu Lovy. Wahai bapak (bukan) pejabat yang (tidak) baik hati, dari saya tinggal di Kulonprogo rumah tante saya bersama Lovy umur 5 bulan, pernahkah anda menengok? Tidak. Selama saya pindah ke Jakarta yang dimana saya tinggal di rumah orang tua saya dan anda tahu pasti letaknya, pernahkah anda datang? Tidak. Jadi, dimana letak saya tidak mengijinkan anda bertemu Lovy? Sedangkan anda tahu pintu rumah saya selalu terbuka. Apa sulitnya datang ketika tahu keberadaan anakmu? Jawabannya cukup mudah:
1.  Takut dimarahi istri baru yang kelewat cemburu karena takut si suami jatuh hati lagi sama  mantan istri.
2.   Takut dimintai uang nafkah yang sedari dulu tak pernah diberikan.
3.   Takut ditagih utang. Yes, doi punya utang ke ibu saya. Padahal ibu saya sudah mengikhlaskan, tapi doi tetap ketakutan ditagih.
4.     Malu dan tidak mau minta maaf atas apa yang pernah ia lakukan kepada saya dan keluarga saya.

So, inilah kesimpulan saya setelah apa yang sudah terjadi terhadap saya dan anak saya selama ini mengenai laki-laki tukang selingkuh:
1.  Tukang bohong / ahli dalam berbohong. Selain ahli berbohong kepada istri, ia pun ahli berbohong kepada selingkuhan. Ia selalu berbohong ke selingkuhan bahwa ia single atau sudah resmi bercerai. (Sekali lagi saya sarankan untuk perempuan-perempuan “lugu” yang kelewat bodoh di luaran sana... Jika lelakimu mengatakan dirinya resmi bercerai, mintalah bukti surat perceraiannya).
2. Lebih mencintai selingkuhan daripada anak. Ini sudah terbukti, bukan? Sudah berapa banyak kasus si ayah tidak menemui anak karena perintah selingkuhannya. Lebih kejam lagi, tak ada sepeser pun nafkah untuk si anak setelah bertemu perempuan lain. (Wahai bapak-bapak yang memiliki anak, anakmu adalah darah dagingmu dan tanggung jawabmu hingga ke akhirat. Meski mantan istri tidak pernah lagi meminta nafkah, anak tetaplah tanggung jawabmu. Apalagi anak perempuan, ia merupakan tanggung jawab seorang bapak sampai anaknya menikah nanti. Untuk para single mom yang sampai detik ini berjuang sendiri menafkahi anak, selalu ingat Tuhan bersama kita. Tidak perlu membalas kekejaman mantan suami karena Tuhan maha melihat apa yang terjadi).
3.   Sama seperti si selingkuhan, ia katakan semua ini takdir. (Takdirkah ketika anakmu kelaparan tak kau beri nafkah hanya karena selingkuhanmu? Takdirkah ketika bahagia barumu adalah merebut kebahagiaan istri dan anakmu? Takdirmu ternyata secetek itu).
4.     Menganggap istrinya ada dan tiada. Ciri-ciri lelaki tukang selingkuh selalu merasa dirinya single dan perjaka saat sudah di luar rumah. Saat di dalam rumah, ia tak hiraukan istrinya. Jika ia anggap ada, ia berpikir istrinya hanya mengganggu kesenangannya dengan perempuan lain maka dari itu suka menganiaya istrinya lewat verbal maupun fisik. (Itu yang saya alami. Jangankan hinaan, cekikan pun pernah saya rasakan saat ia menganggap saya hanya mengganggu aktivitas tidak pentingnya seperti chatting dengan perempuan lain).
5.   Mencari pembenaran, playing victim. Lebih jelasnya tidak mau ia dan selingkuhannya disalahkan, pokoknya istrinya yang salah. Berdalih ia sebagai korban paksa (ceritanya dijodohin sama ortu). Berdalih istrinya tidak bisa jaga suami, kurang cantik, bukan sosok istri baik. Pokoknya istrinya yang salah salah salah. Pasal 1 ia dan selingkuhan selalu benar, istri selalu salah. Pasal 2, jika ia dan selingkuhan salah dan istri yang benar, harap kembali ke pasal 1.
6.     Laki-laki yang kurang bersyukur. Ini kenyataannya bahwa laki-laki tukang selingkuh pasti karena hidupnya kurang bersyukur. Ia yang berdalih selingkuh karena istrinya galak / pelit / kurang cantik berarti ia tidak pernah menerima keadaan istrinya. Seems like ia selalu merasa kurang. Hati-hati laki-laki seperti itu selalu berada di labirin yang sama. Baginya selingkuh merupakan hal yang biasa dan lumrah karena dapat dimaafkan dan dapat diulang kembali. Ia tidak akan merasa puas hanya pada satu wanita, itulah kenyataannya. Jika mau laki-laki seperti itu bertaubat, buatlah dulu ia untuk lebih bersyukur atas apa yang ia miliki.

Untuk kesimpulan yang terakhir, sebetulnya sudah banyak dibahas. Teman saya, Yolanda, menjabarkan bahwa terdapat tiga penyakit laki-laki yang susah / tidak akan sembuh: 1. Judi, 2. Selingkuh, dan 3. KDRT. Saya merasakan dua di antara ketiganya. Betapa sulit menghadapi laki-laki yang telah memiliki penyakit tersebut. Seperti yang saya katakan, ia akan terus berada di labirin yang sama. Dan ternyata terbukti. Setelah saya diselingkuhi dan juga mendapatkan KDRT, pada akhirnya perempuan yang merebut suami saya pun diselingkuhi kembali persis seperti yang saya alami. Namun untuk KDRT, saya tidak tahu apakah penyakit tersebut masih ada atau sudah sembuh pada mantan suami saya.

Seperti itulah kesimpulan saya mengenai perempuan perebut laki (suami) orang dan laki-laki tukang selingkuh atas pengalaman yang pernah saya rasakan. Pesan saya untuk semua korban pelakor / pebinor (laki-laki perebut bini (istri) orang), kita cukup berdoa. Tidak perlu dibalas karena hukum Tuhan dan alam yang nantinya akan membalas semua perbuatan mereka. Jika sekiranya bercerita kepada sesama manusia masih membuat hatimu gundah gulana, berceritalah kepada Tuhan, berkeluh kesahlah kepadaNya. Tuhan maha mendengar dan mengabulkan doa-doa baikmu. Ingat, doa-doa baik, jangan doa-doa buruk, ya...

Bagi perempuan / laki-laki yang saat ini ingin atau akan selingkuh, lebih baik berpikir ulang. Itu bukan takdir tapi godaan setan. Jangan pernah berpikir untuk bahagia di atas penderitaan orang lain karena penderitaan yang telah kamu buat sesungguhnya akan dibalas berkali lipat lebih kejam oleh Tuhan. Banyaklah bersyukur atas istri atau suami yang telah kamu nikahi. Ingat, perselingkuhan layaknya bangkai yang busuk. Meski dikubur sedalam apapun, aromanya akan tetap tercium ke permukaan.

Untuk semua teman-teman yang masih bertanya kepada saya mengapa saya menceritakan apa yang saya alami, jawaban saya... saya hanya ingin berbagi cerita dari pengalaman saya. Lewat cerita, saya berbagi kisah dan pelajaran bahwa harus berhati-hati dalam memilih pasangan dan selalu bersyukur dalam menjalani hidup. Lewat cerita pun saya berdoa untuk semua teman-teman dan keluarga agar tidak merasakan apa yang telah saya rasakan. I share because I care.

Semoga Tuhan selalu melindungi kita dari orang-orang yang akan / mau berbuat jahat. Jangan lagi ada pelakor di antara kita. Salam hangat, Mama dan Lovy.